Butuh 3.370 MW, PLN Siap Pasok Listrik bagi Industri Smelter di Sulawesi
Liputan6.com, Manado - Kebijakan kewajiban membangun smelter oleh pemerintah memberikan dampak kepada PT PLN (Persero). PLN di wilayah Sulawesi mencatat terdapat peningkatan permintaan listrik dari sektor industri smelter.
PLN memperkirakan potensi kebutuhan listrik untuk memenuhi industri smelter tersebut mencapai 3.370 mega watt (MW). Nilai investasi untuk memenuhi ini diprediksi mencapai Rp 105 triliun.
Karena ada perubahan kebijakan, tiba-tiba ada permintaan liatrik yang besar dan ini di atas kebutuhan Sulawesi. Ini baru beberapa bulan lalu, sekitar 3370 MW untuk kebutuhan smelter," ujar Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda usai acara pelepasan Siswa Mengenal Nusantara (SMN) di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (7/8/208).
PLN pun memastikan siap untuk memenuhi kebutuhan listrik smelter yang akan dibangun perusahaan tambang timah dan nikel di Sulawesi. Diperkirakan penyerapan listrik akan dimulai dalam 3 tahun ke depan, seiring beroperasinya smelter yang dibangun pengusaha.
"Kami terus berusaha meyakinkan perusahaan tambang yang akan membangun smelter bahwa PLN sanggup memenuhi kebutuhan listrik mereka berapapun yang mereka butuhkan," dia menambahkan.
Menurut Huda, karena nilai investasi yang cukup besar mencapai Rp 105 triliun, PLN akan mulai memenuhi pasokan listrik smelter secara bertahap. Ini menyesuaikan dengan rencana atau jadwal dari kebutuhan perusahaan tambang.
"Jadi beragam. Ada yang kebutuhannya mulai tahun ke depan, tetapi ada juga yang dalam tiga tahun ke depan. Kami akan penuhi secara bertahap," Huda menambahkan.
Demi memenuhi kebutuhan industri, PLN tak hanya mengandalkan pembangkit yang ada. Namun perusahaan siap mendatangan mobile power plant, agar pasokan energi industri terpenuhi.
Huda menjelaskan, usaha PLN meyakinkan para perusahaan tambang sebenarnya sudah berbuah hasil. Ini seiring adanya kesepakatan untuk memakai listrik PLN sebesar 1.632 MW atau sekitar 2.029 MVA.
Kesepakatan tersebut terdiri dari 16 MOU sebesar 1.639 MVA, 1 SPJBTL (surat perjanjian jual beli tenaga listrik) sebesar 350 MVA dan tahap 1 yang sudah energize sebesar 40 MVA. Karena ada perubahan kebijakan, tiba-tiba ada permintaan liatrik yang besar dan ini di atas kebutuhan Sulawesi. Ini baru beberapa bulan lalu, sekitar 3370 MW untuk kebutuhan smelter," ujar Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda usai acara pelepasan Siswa Mengenal Nusantara (SMN) di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (7/8/2018).
PLN pun memastikan siap untuk memenuhi kebutuhan listrik smelter yang akan dibangun perusahaan tambang timah dan nikel di Sulawesi. Diperkirakan penyerapan listrik akan dimulai dalam 3 tahun ke depan, seiring beroperasinya smelter yang dibangun pengusaha.
"Kami terus berusaha meyakinkan perusahaan tambang yang akan membangun smelter bahwa PLN sanggup memenuhi kebutuhan listrik mereka berapapun yang mereka butuhkan," dia menambahkan.
Menurut Huda, karena nilai investasi yang cukup besar mencapai Rp 105 triliun, PLN akan mulai memenuhi pasokan listrik smelter secara bertahap. Ini menyesuaikan dengan rencana atau jadwal dari kebutuhan perusahaan tambang.
"Jadi beragam. Ada yang kebutuhannya mulai tahun ke depan, tetapi ada juga yang dalam tiga tahun ke depan. Kami akan penuhi secara bertahap," Huda menambahkan.
Demi memenuhi kebutuhan industri, PLN tak hanya mengandalkan pembangkit yang ada. Namun perusahaan siap mendatangan mobile power plant, agar pasokan energi industri terpenuhi.
Huda menjelaskan, usaha PLN meyakinkan para perusahaan tambang sebenarnya sudah berbuah hasil. Ini seiring adanya kesepakatan untuk memakai listrik PLN sebesar 1.632 MW atau sekitar 2.029 MVA.
Kesepakatan tersebut terdiri dari 16 MOU sebesar 1.639 MVA, 1 SPJBTL (surat perjanjian jual beli tenaga listrik) sebesar 350 MVA dan tahap 1 yang sudah energize sebesar 40 MVA. Karena ada perubahan kebijakan, tiba-tiba ada permintaan liatrik yang besar dan ini di atas kebutuhan Sulawesi. Ini baru beberapa bulan lalu, sekitar 3370 MW untuk kebutuhan smelter," ujar Direktur Bisnis Regional Sulawesi PLN Syamsul Huda usai acara pelepasan Siswa Mengenal Nusantara (SMN) di Manado, Sulawesi Utara, Selasa (7/8/2018).
PLN pun memastikan siap untuk memenuhi kebutuhan listrik smelter yang akan dibangun perusahaan tambang timah dan nikel di Sulawesi. Diperkirakan penyerapan listrik akan dimulai dalam 3 tahun ke depan, seiring beroperasinya smelter yang dibangun pengusaha.
"Kami terus berusaha meyakinkan perusahaan tambang yang akan membangun smelter bahwa PLN sanggup memenuhi kebutuhan listrik mereka berapapun yang mereka butuhkan," dia menambahkan.
Menurut Huda, karena nilai investasi yang cukup besar mencapai Rp 105 triliun, PLN akan mulai memenuhi pasokan listrik smelter secara bertahap. Ini menyesuaikan dengan rencana atau jadwal dari kebutuhan perusahaan tambang.
"Jadi beragam. Ada yang kebutuhannya mulai tahun ke depan, tetapi ada juga yang dalam tiga tahun ke depan. Kami akan penuhi secara bertahap," Huda menambahkan.
Demi memenuhi kebutuhan industri, PLN tak hanya mengandalkan pembangkit yang ada. Namun perusahaan siap mendatangan mobile power plant, agar pasokan energi industri terpenuhi.
Huda menjelaskan, usaha PLN meyakinkan para perusahaan tambang sebenarnya sudah berbuah hasil. Ini seiring adanya kesepakatan untuk memakai listrik PLN sebesar 1.632 MW atau sekitar 2.029 MVA.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.