PT Timah Tbk (TINS) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 2 triliun pada 2020. Salah satu fokus ekspansi perseroan adalah menjajaki peluang pembentukan usaha patungan (joint venture/JV) dengan perusahaan tambang asal Tanzania, State Mining Corporation (Stamico).
Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar mengatakan, capex 2020 akan digunakan untuk eksplorasi tambang, pembangunan fasilitas smelter baru, pemeliharaan alat-alat produksi, pengadaan kapal, dan pengembangan anak usaha perseroan.
Manajemen belum menyatakan apakah anggaran capex 2020 sebetulnya lebih besar atau lebih kecil dari realisasi belanja modal tahun lalu. Berdasarkan catatan Investor Daily, Timah menganggarkan capex 2019 hingga Rp 2,58 triliun. “Kinerja dan realisasi untuk tahun 2019 masih dalam proses audit,” jelas Abdullah kepada Investor Daily di Jakarta, Minggu (5/1).
Sementara itu, Timah telah menyatakan minatnya dengan memberikan letter of intent (LoI) dan menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan Stamico terkait kerja sama antara kedua pihak pada 17 Desember lalu.
Menurut Abdullah, MoU tersebut meliputi rencana uji tuntas (due diligence), penilaian potensi kerja sama, persiapan uji kelayakan (feasibility study), serta persiapan JV. Proses ini diperkirakan berlangsung selama 12 bulan ke depan.
“Mengenai pembentukan JV atau kerja sama lebih lanjut tentunya akan melihat dari hasil proses detail setelah dilakukan FS,” ujar dia.
Adapun potensi tambang yang ditawarkan kepada perseroan dalam kerja sama di Tanzania ini, antara lain komoditas timah, nikel, emas, dan mineral tanah jarang (rare earth element/RRE).
Kerja sama dengan Stamico akan menambah daftar rencana perseroan berkolaborasi dengan pihak asing. Tahun lalu, perseroan sempat mengantongi persetujuan prinsip untuk pembiayaan ekspansi melalui skema export credit agency (ECA). Hal ini dalam rangka menyiapkan ekspansi smelter berteknologi ausmelt yang ditaksir menelan investasi US$ 80 juta. Pihak yang dikabarkan berminat bertindak sebagai ECA adalah perusahaan asal Finlandia, Finnvera.
Timah melaporkan produksi logam timah sebesar 58.157 metrik ton hingga kuartal III-2019, naik 174% dibandingkan pencapaian periode sama 2018 yang sebesar 21.264 metrik ton. Dari sisi penjualan, volume penjualan logam timah menapai 50.326 metrik ton hingga kuartal III-2019, naik 149% dibandingkan periode sama 2018 yang sebanyak 20.174 metrik ton. Penjualan ini hampir menyentuh target penjualan 2019 yang dipatok 60 ribu metrik ton.
Kenaikan volume penjualan logam timah yang signifikan tersebut menopang kinerja pendapatan usaha perseroan yang meningkat sebesar 115% secara tahunan, yakni menjadi Rp 14,6 triliun hingga kuartal III-2019, dibandingkan per kuartal III-2018 sekitar Rp 6,8 triliun.
Sementara itu, beban produksi mempengaruhi beban pokok perseroan, yang tercermin dari laba bruto sebesar Rp 1,06 triliun hingga kuartal III-2019, turun 2% dibandingkan pencapaian per kuartal III-2018 sebesar Rp 1,08 triliun.
Kombinasi beban bunga dan harga rata-rata logam timah dunia yang mengalami pelemahan hingga kuartal III-2019 juga turut mempengaruhi kinerja perseroan. Perseroan membukukan rugi bersih Rp 175,78 miliar per kuartal III-2019 dibandingkan periode sama 2018 yang mencetak laba bersih Rp 255,54 miliar.
Pergantian Direksi
Timah berencana menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 10 Februari 2020. Menurut Abdullah, agenda rapat tersebut adalah pergantian pengurus perseroan, yang terdiri atas direksi dan komisaris. Namun, hingga saat ini, belum diketahui, direktur apa yang akan diganti.
Jika rapat ini berjalan sesuai rencana, Timah akan menjadi perusahaan ketiga di bawah naungan holding industri pertambangan atau MIND ID yang mengalami perubahan kepengurusan.
Selama periode November-Desember 2019 tercatat Kementerian BUMN yang dipimpin Menteri Erick Thohir telah mengganti tiga direktur (termasuk direktur utama) dan satu komisaris PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Selanjutnya, Kementerian BUMN juga akan mengganti direktur utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau induk MIND ID.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.