China Pacu Pembelian Tembaga, Permintaan Masih Menguat
Bisnis.com, JAKARTA – China kembali mendorong permintaan pada logam dengan memacu impor tembaga konsentrat pada bulan lalu yang jumlahnya mencapai rekor.
Hal itu menjadi pertanda bahwa permintaan dari China masih kuat meskipun investor masih gelisah akan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang makin melebar.
Data Bea Cukai China menunjukkan bahwa impor bahan mentah yang diubah smelter menjadi logam merah itu memuncak hingga 1,93 juta ton pada September. Sepanjang tahun ini tercatat naik 20% hingga total 14,99 juta ton dari periode yang sama tahun lalu.
Pengiriman tembaga mentah dan produk lain menyentuh 521.000 ton. Penguatan permintaan komoditas itu menggarisbawahi yang dikemukakan sejumlah analis Goldman Sachs Group Inc. dan lainnya yang mengatakan bahwa konsumsi logam fisik di China masih sangat sehat meskipun harga untuk kontrak berjangkanya anjlok.
Impor tembaga di China reli pada bulan lalu ke level tertinggi selama 3 tahun, dengan cadangan domestik yang menyusut. Perusahaan Tongling Nonferrous Metals Group Co., salah satu produsen logam teratas China, memperkirakan bahwa keuntungannya pada kuartal III/2018 akan naik seiring dengan kenaikan harga dan penjualan.
Goldman juga menekankan pada selisih antara pergerakan harga global dengan kondisi pasar yang sebenarnya.
“Ada konsensus yang sangat besar pada fundamental tembaga yang menguat,” ujar Hui Shan, analis Goldman Sachs, dilansir dari Bloomberg, Minggu (14/10) dalam pidatonya di London Metal Exchange (LME) Week di London.
Meskipun demikian, ketidakpastian makro, seperti perang dagang dan penarikan ekuitas besar-besaran sudah memicu sentimen penghindaran risiko di tiap-tiap kelas aset.
Tembaga merupakan salah satu logam berkinerja terbaik dalam data perdagangan China yang masih menunjukkan angka ekspor dan impor yang tetap sehat di Negeri Panda itu.
Impor komoditas logam industi lainnya juga menyusul penguatan tersebut, dengan bijih besi mencapai yang tertinggi sejak Mei dan ekspor aluminium tetap terangkat meski dihadang perang dagang dan gangguan dari sanksi AS kepada United Co. Rusal.
Ekspor baja China juga tetap stabil di bawah 6 juta ton setelah sempat meluncur ke bawah 5 juta ton pada awal tahun ini.
Harga tembaga pada penutupan perdagangan Jumat (14/10) di bursa LME mencatatkan kenaikan 60 poin atau 0,96 % menjadi US$6.302 per ton dan mencatatkan penurunan harga hingga 13,04% selama 2018 berjalan.
Harga tembaga di Shanghai juga mencatatan kenaikan hingga 230 poin atau 0,46% menjadi 50.720 yuan per ton dan tercatat turun harga hingga 8,53% secara year-to-date (ytd).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.