Ciruss: Wajib Smelter Perlu Dikaitkan Langsung Dengan Industri Hilir
JAKARTA--Kebijakan hilirisasi mineral lewat pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter perlu dikaitkan langsung dengan industri logam di sektor hilir.
Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss) Budi Santoso mengatakan pemerintah perlu meninjau kembali kebijakan hilirisasi mineral yang selama ini selalu dikaitkan langsung dengan tambang.
Menurutnya, apabila dikaitkan dengan industri hilir, risiko bisnis yang selama ini lebih berat ke sektor tambang bisa terpecah. Dengan begitu, proyek smelter akan lebih ekonomis.
"Smelter risiko besar, tambang risiko besar. Digabung bisa tidak ekonomis. Kalau dipaket dengan industri, maka risiko bisa terbayar dengan added value di industri hilirnya," katanya, Kamis (14/9/2016).
Selain itu, dia menilai mandeknya pembangunan smelter seharusnya tidak dilihat dari sisi kewajiban pengusaha saja. Tetapi juga dari sisi kebijakan dan perencanaan yang kerap menimbulkan hambatan di tengah jalan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.