Dana Tanggap Darurat Sumsel Turun Jadi Rp 4 Miliar
JawaPos.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel melalui Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Tata Ruang (PUBM-TR) menyiapkan dana tanggap darurat sebesar Rp 4 miliar pada 2018. "Dana tanggap darurat ini Rp 2 miliar untuk wilayah satu, dan Rp2 miliar untuk wilayah dua," kata Kepala Bidang (Kabid) Jalan Dinas PUBM-TR Sumsel Muchtar Effendi, Kamis (7/12).
Dana tersebut turun drastis dibandingkan tahun 2017 yang sebesar Rp50 miliar. Hal ini dikarenakan pada 2017 ada tambahan dari dana aspirasi. Sedangkan untuk 2018 tidak ada lagi dana aspirasi.
Dana Rp 4 miliar nantinya disebar di dua wilayah jika memang ada bencana. Adapun daerah rawan longsor di antaranya, Lahat, OKU Selatan dan beberap daerah lainnya. "Pokoknya seluruh daerah menjadi fokus jika terjadi bencana," ujar Muchtar.
Untuk realisasi dana tanggap darurat sampai dengan Desember 2017 mencapai 90 persen lebih. Dimana penggunaan anggaran tersebar di 17 kabupaten/kota di Sumsel. Khususnya daerah dataran tinggi yang masuk zona merah atau rawan bencana. Seperti Lahat, Empat Lawang Muara Enim, OKU dan daerah lainnya.
Kemudian untuk serapan APBD-P dialokasi Rp 1,5 miliar. Sejauh ini belum berjalan mengingat anggaran baru saja digedok pada 18 Oktober lalu. "Nantinya jika ada bencana yang diluar dugaan, maka kami akan tetap mengerjakannya. Hanya saja pengerjaannya belum maksimal, namun untuk mencegah agar warga setempat tidak terisolir," tutup Muchtar.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.