PROKAL.CO, JAKARTA – Keinginan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) melebarkan sayapnya ke Kaltara, ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Gubernur Kaltara Irianto Lambrie dengan direksi Inalum, Minggu (14/7).
Dari rilis yang diterima Harian Rakyat Kaltara, penandatanganan MoU yang dilakukan di Jakarta, merupakan perpanjangan MoU yang ditandatangani pada 2017 lalu.
“Kita melihat progresnya pasca penandatanganan MoU. Meski progresnya tidak signifikan, tetapi ini mampu membuat kita semakin optimistis,” kata Irianto melalui rilis yang diterima dari Bagian Humas Setprov Kaltara, kemarin (15/7).
Irianto meminta Inalum segera merealisasikan industri smelter di Bumi Benuanta –sebutan Kaltara. Meski membutuhkan waktu yang cukup lama, Irianto berharap semakin cepat Inalum bergerak, maka semakin baik. Apalagi, Inalum telah memiliki izin lokasi di Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) yang berada di Tanah Kuning-Mangkupadi, Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan.
Namun, Irianto juga menyatakan bahwa untuk merealisasikan industri smelter, dibutuhkan listrik. Menurutnya, ketersediaan listrik sangat penting. Karena listrik merupakan kunci utama investasi. Terutama industri smelter yang membutuhkan listrik cukup besar.
Untuk itu, dirinya pun meminta kepada investor yang akan membangun PLTA di Sungai Kayan segera membangun. “Karena kunci utama pembangunan kawasan industri adalah tersedianya pasokan listrik yang cukup,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pelaksana PT Inalum (Persero) Oggy Achmad Kosasih, juga menyatakan bahwa pihaknya sangat membutuhkan pasokan listrik untuk mewujudkan industri smelter di Kaltara. Apalagi, pihaknya menargetkan produksi alumina (bahan dasar aluminium) di Kaltara sebesar 500.000 ton pada 2024 dan akan ditingkatkan hingga 1.000.000 ton per tahun.
“Inalum juga berniat mengembangkan industri hilir alumina di Kaltara, mengingat potensi hydro energy-nya yang cukup besar akan direalisasikan. Untuk diketahui, industri pengolahan aluminium ini adalah industri yang boros listrik. Untuk memproduksi 1 ton aluminium ingot, butuh 400 ribu kWh,” bebernya. (fen)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.