Di Tengah Penurunan Harga Komoditas, Laba Timah Tumbuh 21%
JAKARTA, Investor.id - PT Timah Tbk (TINS) mencatatatkan kenaikan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 21% menjadi Rp 205 miliar pada semester I-2019, dibandingkan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu senilai 170 miliar.
Direktur Utama Timah Reza Pahlevi Tabrani mengatakan, peningkatan laba ditopang perbaikan seluruh sisi supply chain. "Kami tekan biaya, sehingga perusahaan bisa menghasilkan profitabilitas lebih baik untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham," ujarnya dalam keterangan tertulis yang dilansir dari Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (7/10).
Perseroan juga mencetak peningkatan laab bruto sekitar 21% menjadi Rp 817 miliar, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 674 Miliar. Pertumbuhan laba bruto ini berasal dari lonjakan pendapatan perseroan sekitar 121% dari Rp 4,37 triliun pada semester I-2018 menjadi Rp 9,65 triliun pada semester I-2019.
"Perusahaan terus memacu volume produksi maupun penjualan di tengah penurunan harga jual, peningkatan biaya produksi, serta kenaikan beban bunga. Hal ini membuat kinerja keuangan perseroan bisa tumbuh," kata dia.
Timah membukukan volume produksi logam sebanyak 37.717 metrik ton pada semester I-2019. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sekitar 205% dibandingkan semester 1-2018 yang sebesar 12.366 metrik ton.
Sementara penjualan logam tercatat sebesar 31.609 metrik ton selama semester 1-2019, meningkat 148% dibandingkan 12.741 metrik ton selama semester 1-2018. Reza menjelaskan, peningkatan penjualan ini mampu untuk mengimbangi penurunan rata-rata harga jual logam sebesar 5% dari US$ 21.395 per metrik ton di semester 1-2018 menjadi US$ 20.322 per metrik ton di semester 1-2019. "Harga logam timah belum menguntungkan kami, di mana sebagai penambang kami harus menghadapi risiko operasional tambang yang semakin hari, semakin sangat menantang," kata dia.
Untuk menyiasati hal ini, Timah akan mengambil langkah strategis. Perseroan akan menurunkan volume ekspor dari 1.000 metrik ton sampai dengan 2.000 metrik ton per bulan.
Ekspansi SmelterTimah sedang menyiapkan ekspansi fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) berteknologi ausmelt senilai US$ 80 juta. Pendanaan proyek ini bersumber dari export credit agency asal Finlandia, Finnvera.
Direktur Keuangan Timah Emil Ermindra mengatakan, perseroan telah mengantongi persetujuan prinsip untuk pembiayaan melalui skema export credit agency. Nantinya, persetujuan final tergantung dari hasil Finnvera yang kini sedang melakukan verifikasi terhadap uji lingkungan proyek smelter.
Menurut Emil, smelter ausmelt ini akan dibangun di lahan yang sudah tersedia, yakni komplek pabrik Timah di Muntok, Bangka Belitung. Rencananya, kapasitas pengolahan smelter mencapai 45 ribu ton Sn. Perseroan telah mencanangkan proyek ini sejak akhir 2018. Sementara target konstruksinya diproyeksikan rampung pada akhir 2020, sehingga smelter bisa berproduksi pada 2021.
Perseroan belum dapat mengungkap detail pendanaan dari Finnvera termasuk tenor pinjaman, sebelum adanya kesepakatan final. Sementara dari sisi teknologi, Timah akaan menggandeng perusahaan teknologi Outotec Pty Ltd pada smelter ini. Outotec Pty Ltd menguasai teknologi ausmelt setelah perseroan mengakuisisi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia, Ausmelt Ltd pada 2010.
Menurut Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar Baswedan, dengan teknologi ausmelt, smelter ini dinilai lebih baik dan cenderung efisien dibanding smelter Timah sebelumnya. Tak ketinggalan, smelter juga jauh lebih ramah lingkungan. "Smelter ini nantinya mengolah Timah dengan kadar yang rendah, dan dimungkinkan batubara kelas menengah untuk bahan bakarnya, sehingga menjadi irit dan efisien," jelas dia.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.