JAKARTA - Realisasi investasi mineral dan batu bara (minerba) sepanjang tahun 2020 mencapai USD4,01 miliar. Angka ini dibawah target yang direncanakan tahun 2020 sebesar USD7,75 miliar. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaludin mengatakan, secara umum kendala terbesar dalam capaian 2020 adalah terhambatnya mobilitas dan pengadaan barang jasa dalam pembangunan smelter akibat pandemi Covid-19.
"Investasi minerba tahun 2020 turun dari target yang ditetapkan semula. Secara umum karena kesulitan operasional, mobilisasi personil, peralatan dan lain-lain terkait investasi," ujarnya dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2020 dan Rencana Kerja 2021 secara virtual, Jumat (15/1/2021).
Capaian investasi minerba tahun 2020 merupakan yang terendah dalam setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2017, realisasi investasi minerba tercatat sebesar USD6,13 miliar, kemudian naik pada tahun 2018 sebesar USD7,48 miliar. Namun pada tahun 2019 kembali turun menjadi USD6,5 miliar.
Sepanjang tahun 2020, ada 193 perusahaan yang berinvestasi. Secara rinci, 27 dari perusahaan yang berstatus Kontrak Karya (KK), 48 pemegang status PKP2B, 2 pemegang status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), 3 IUP BUMN, dan 34 IUP Pusat batu bara. Selanjutnya, 18 IUP pusat mineral, 11 IUP OPK olah murni, 32 IUP daerah, 18 Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP).
Ridwan melanjutkan, pihaknya terus mendorong tetap terjaganya iklim investasi minerba dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Dia menargetkan investasi tahun 2021 sebesar USD5,9 miliar. Adapun strategi yang akan dilakukan di tahun 2021 adalah memonitor secara ketat pembangunan smelter dan memberikan sanksi kepada perusahaan smelter yang tidak bisa memenuhi target yang ditetapkan. Selain juga mengintensifikasi fasilitas penyelesaian kendala perizinan.
"Kami bekerja keras untuk mengejar ini dengan cara memfasilitas calon usaha atau calon investor yang berminat untuk kami layani sebaik-baiknya. Kami bekerja sama dengan BKPM sehingga mekanisme yang diterapkan nanti sudah sejalan dan harmonis dengan minerba," jelasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.