Jakarta, CNBC Indonesia - Sampai Desember 2019 realiasi pembangkit operasi dari program 35.000 MW mencapai 6.811 MW. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana menargetkan mengatakan tahun 2020 akan menjadi puncak penyelesaian program 35.000 MW.
Tahun ini ditargetkan 8.823 MW pembangkit akan beroprasi. Sehingga total pembangkit yang akan beroperasi sampai akhir tahun 2020 mencapai 15.634 MW atau sekitar 44% dari target proyek 35 ribu Megawatt.
"Ini puncaknya, bahwa 2020 adalah puncak penyelesaian dari program 35.000 di mana sejumlah 8.823 Kalau tidak ada aral melintang akan mencapai Commercial Operation Date (COD)," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Rabu, (5/02/2020).
Lebih lanjut Rida menerangkan di beberapa tempat pihaknya sudah mulai mengidentifikasi kelebihan pasokan PLN. Sehingga akan ada potensi pasar baru bagi PLN, termasuk di dalamnya berupa smelter.
"Kami telah memfasilitasi pertemuan antara PLN dengan para calon pengusaha smelter, beberapa waktu yang lalu dan dicapai beberapa kesepakatan," jelasnya.
Beberapa anggota DPR menyampaikan kritik terkait proyek 35.000 MW. Salah satu anggota Komisi VII DPR RI Abdul Wahid, dirinya menyebut tidak ada pertumbuhan signifikan pelanggan listrik.
"Program ini terlalu ambisius. Saya tidak melihat pertumbuhan pelanggan listrik yang sangat signifikan. Coba bayangkan berapa sih pertumbuhan tenaga listrik konsumsi kita terhadap program ini?," ungkapnya.
Baca: Ampun, Bangun Pembangkit Masih Susah Soal Urusan Lahan
Dirinya meminta agar konsumsi listrik di dorong sehingga listrik bisa terserap dan tidak merugikan PT PLN (Pesero). Dirinya meminta agar dibuat roadmap, kebutuhan 35.000 MW sejalan dengan pertumbuhan industrinya.
"Nah kalau hanya pelanggan rumah tangga seperti yang bapak targetkan ini pasti tidak akan bisa. Menurut saya harus industri yang lebih besar," ungkapnya.
Anggota Komisi VII dari Fraksi Gerindra Hari Purnomo juga menyampaikan hal yang sama. Dirinya menilai penyelesaian proyek 35.000 lamban. Karena progres pembangunan baru mencapai 19,8%.
"PLN beban kerjanya luar biasa dan sistem yang sekarang ini tidak bisa mengimbangi penugasan itu. Terbukti penyelesaian 35.000 MW ini juga termasuk lambat karena terlalu sentralistik," paparnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.