Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam, PT Timah Tbk., mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini sebesar Rp2 triliun, naik sekitar 18,34 persen dari alokasi tahun lalu Rp1,69 triliun.
Direktur Utama PT Timah Riza Pahlevi Tabrani mengatakan bahwa perseroan memiliki rencana ekspansi yang cukup padat tahun ini. Alokasi capex perseroan senilai Rp2 triliun tersebut setidaknya akan digunakan untuk mengembangkan dua proyek smelter, yaitu smelter timah berteknologi Ausmelt dan smelter monasit.
“Kalau smelter baru dengan teknologi Ausmelt itu kan pembangunannya sudah berjalan, groundbreaking di akhir Januari lalu. Ekspektasinya diselesaikan dalam 19 bulan sehingga akhir 2021 hingga awal 2022 ditargetkan sudah bisa beroperasi,” ujar Riza saat konferensi pers RUPSLB PT Timah Tbk. di Jakarta, Senin (10/2/2020).
Seperti yang diketahui, belum lama ini PT Timah membangun smelter baru senilai US$ 80 juta dengan pendanaan menggunakan skema Export Credit Agency (ECA) dengan Finvera dari Finlandia dan Indonesia Exim Bank.
Smelter tersebut nantinya akan memiliki kapasitas produksi 40.000 ton per tahun, sehingga kapasitas produksi PT Timah meningkat menjadi 70.000 ton hingga 80.000 ton per tahun.
Selain itu, perseroan juga tengah merencanakan untuk membangun pabrik pengolahan komoditas monasit yang berlokasi di Tanjung Ular, Bangka pada akhir tahun ini.
Kendati demikian, Riza belum bisa memperkirakan total investasi dari smelter monasit yang dijadikan sebagai konstruksi pabrik logam tanah jarang tahap pertama.
“Mudah-mudahan bisa terkejar tahun ini. Investas masih dalam finalisasi begitupun juga teknologinya. Mudah-mudahan bisa selesai secepatnya dan dapat dibangun pada akhir tahun ini,” jelas Riza.
Sekertaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar mengatakan bahwa perseroan telah mengantongi beberapa nama perusahaan untuk bekerja sama membangun smelter monasit tersebut.
“Smelter monasit nanti kerja sama dengan perusahaan luar negeri. Mungkin dari Eropa, mungkin dari Amerika Serikat,” ujar dia.
Dia mengatakan bahwa selain untuk pengembangan smelter, capex tersebut juga akan digunakan untuk perbaikan kapal, eksplorasi, dan pengembangan anak usaha.
Di sisi lain, pada tahun ini perseroan juga akan fokus untuk ekspansi ke luar negeri, salah satunya Nigeria dan Tanzania. Di Nigeria, saat ini perseroan tengah menanti keluarnya salah satu izin tambang, sedangkan di Tanzania masih dalam penjajakan.
Adapun, sumber pendanaan dari belanja modal TINS akan berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.