Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyebutkan 2020 akan menjadi tahun yang menantang buat perusahaan setelah pemerintah mulai menerapkan pelarangan ekspor bijih nikel. Padahal ekspor nikel mentah ini merupakan salah satu sumber pendapatan perusahaan.
Direktur Niaga Antam Aprilandi Hidayat Setia mengatakan untuk mengantisipasi masuknya 2020 ini maka perusahaan akan memfokuskan diri di lini bisnis hilirisasi untuk menggantikan hilangnya sumber pendapatan ini.
"Secara umum aspirasi pemegang saham liat strategi Antam ke depan 2020 challenging. Kita awal 2020 sudah tidak boleh ekspor nikel jadi akan fikus hilirisasi jadi target dimana dengan kondisi yang challenging jelas secara perusahaan kita siapkan strategi yang bisa menggantikan," kata Aprilandi di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (19/12/2019).
Untuk melanjutkan pembangunan smelter nikel-nya ini, Apriliandi mengakui akan melakukan diskusi dengan induk usahanya, Inalum dan dengan PT Pertamina (Persero) serta PT PLN (Persero).
Tahun ini saja dia menyebutkan jumlah ore nikel yang diekspor di tahun ini mencapai lebih dari lima juta ton.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.