CHICAGO - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena dolar AS menguat menjelang rilis risalah dari pertemuan terakhir FOMC.
Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Juni turun USD2,50, atau 0,20 persen, menjadi menetap di USD1.274,40 per ounce.
Emas berjangka mengikuti pergerakan sempit dolar AS dan ekuitas AS pada Rabu, tetapi menetap sedikit lebih rendah karena indeks dolar AS naik 0,37 persen menjadi 94,91 pada pukul 18.15 GMT.
Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor. Namun, logam mulia mendapat dukungan ketika indeks Dow Jones Industrial Average turun 20 poin atau 0,12 persen pada pukul 18.10 GMT.
Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik, karena investor mencari tempat yang aman. Sebaliknya, ketika ekuitas AS membukukan keuntungan maka logam mulia biasanya turun.
Pedagang secara hati-hati memantau risalah dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Federal Reserve untuk petunjuk tentang kapan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga utamanya, namun risalah belum dirilis sampai setelah penutupan pasar.
Investor juga menunggu data klaim pengangguran mingguan dan survei prospek bisnis Fed Philadelphia pada Kamis, serta laporan penjualan "existing home" (rumah yang sudah ada) pada Jumat.
Menurut alat Fedwatch CMEGroup, probabilitas tersirat saat ini untuk kenaikan suku bunga dari 0,50 persen menjadi 0,75 persen adalah 51 persen pada pertemuan Juli 2016, dan 66 persen pada pertemuan September 2016.
Perak untuk pengiriman Juli turun 11,80 sen, atau 0,68 persen, menjadi ditutup pada USD17,132 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun USD12, atau 1,14 persen, menjadi ditutup pada USD1.042,50 per ounce.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.