Emiten Kontraktor Tambang Grup Bakrie Gencar Diversifikasi Bisnis
Bisnis.com, JAKARTA - Tahun ini tampaknya masih menjadi tahun penuh tantangan bagi emiten kontraktor pertambangan. Sejumlah emiten pun memutar otak untuk menjaga kinerja keuangannya agar tetap sehat pada tahun ini.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari 4 emiten kontraktor pertambangan hanya terdapat 1 emiten yang mencetak pertumbuhan pendapatan pada kuartal I/2020. Namun, dari sisi bottom line sebanyak 2 emiten berhasil membukukan kenaikan laba.
Pertumbuhan laba dari kedua emiten itu pun berhasil didukung oleh pos selisih kurs yang berbalik mendapatkan manfaat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya mencetak kerugian.
Hal itu sejalan dengan pelemahan rupiah yang terjadi sepanjang kuartal I/2020, yaitu terkoreksi cukup dalam melawan dolar AS hingga 17,49 persen. Bahkan, nilai tukar rupiah pada medio Maret sempat menyentuh Rp16.000 per dolar AS, level terendah rupiah sejak krisis keuangan Juni 1998.
Emiten Grup Indika, PT Petrosea Tbk. (PTRO), berhasil mendapatkan manfaat dari selisih kurs sebesar US$656 ribu pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang merugi US$111 ribu.
Sementara itu, PT Darma Henwa Tbk., entitas Group Bakrie, mencatatkan pos laba selisih kurs pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai US$9,36 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu merugi US$588.417.
Adapun, pelemahan kinerja emiten kontraktor pertambangan masih dipengaruhi oleh pelemahan harga batu bara global. Untuk diketahui, pada kuartal I/2020 harga batu bara Newcastle telah terkoreksi 2,64 persen didorong sentimen lockdown di beberapa negara untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Menghadapi tantangan itu, Sekretaris Perusahaan Darma Henwa Mukson Rosyidi mengaku tengah menggenjot kontribusi proyek jasa pertambangan non batu bara yang belum memiliki porsi signifikan terhadap pendapatan keseluruhan perseroan.
Hal itu dilakukan sebagai upaya perseroan mengurangi ketergantungannya terhadap komoditas batu bara yang harganya masih cukup fluktuatif. Baca Juga : Peringkat Emiten Batu Bara Terancam Turun Jika Harga Terus Melemah
Adapun, emiten berkode saham DEWA itu belum lama ini memperoleh proyek baru pada pertambangan timbal dan seng di Dairi, Sumatera Utara, milik PT Dairi Prima Mineral (DPM). Proyek itu memiliki lingkup pekerjaan earthworks, sipil atau konstruksi, instalasi mekanikal dan elektrikal senilai US$23,5 juta.
Dari situ, DEWA juga mendapat tambahan pekerjaan berupa pembangunan retaining wall serta jalan tambang dan site leveling di tambang milik DPM itu.
“Kami berharap setiap tahun porsi pendapatan dari jasa pertambangan non batu bara terus meningkat. Diraihnya kontrak pertambangan lead-zinc ini dapat menjadi pintu masuk lagi bagi perseroan ke pekerjaan di sektor pertambangan non batu bara,” ujar Mukson kepada Bisnis, Selasa (16/6/2020).
Hingga saat ini, kontribusi jasa non batu bara berasal dari proyek jasa pengawasan pengerjaan konstruksi smelter milik PT Citra Palu Minerals, proyek pembuatan akses jalan, penambangan boxcut, dan uji industrial pengolahan mineral emas di tambang milik PT Aneka Tambang (Persero).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.