Fasilitas smelter rampung, SQMI segera produksi emas
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Renuka Coalindo Tbk kini fokus mengawal proyek emas di Ciemas, Jawa Barat. Emiten berkode saham SQMI ini bakal memulai produksi emas pada pertengahan tahun 2019.
Direktur Independen PT Renuka Coalindo Tbk Irwan Darmawan menyampaikan sebagai salah satu persiapan untuk memulai usaha di pertambangan emas, kini SQMI membangun fasilitas pengolahan mineral emas dengan metode flotation 500 ton per hari dan metode carbon in leach berkapasitas 500 ton per hari.
Baca Juga
Renuka Coalindo (SQMI) Geber Pembangunan Smelter Emas Jadi pengendali, Wilton Resources akan tender offer saham Renuka Coalindo (SQMI)
“Dari lapangan sudah persiapannya sudah mencapai 75% sekarang mau penyelesaian instalasi yang minor di fasilitas produksi,” ungkapnya, Jumat (12/4).
Usai pembangunan fasilitas pengolahan selesai, SQMI akan memproduksi emas dengan kapasitas 500 ton ore per hari atau 38.482 troy oz per tahun.
Guna mendirikan pabrik pengolahan tahap pertama, SQMI membutuhkan dana US$ 26 juta. Mereka memperoleh dana sebesar US$ 26 juta ini dari dana yang disiapkan oleh Wilton Resources Holdings Pte Ltd (WRH).
Secara keseluruahan, sambungnya, pemabangunan pengolahan emas 500 ton per hari sudah tahap akhir. Sementara itu, kegiatan eksplorasi sudah dilakukan sejak tahun lalu di Ciemas, Sukabumi. Adapun wilayah yang memiliki prospek cukup bagus antara lain Cikadu, Sekolah, Cibatu, Pasar Manggu, Cibak, dan Cipancar.
Dalam Ciemas Gold Project, SQMI mempunyai 10 lokasi yang bisa menambah sumber daya yang ada saat ini, dari 10 lokasi sekarang baru enam lokasi yang dilakukan eksplorasi. Ke depannya, mereka juga akan menambah sumber daya dengan terus melakukan eksplorasi lanjutan.
Apabila mengacu data dari SQMI, sampai Oktober 2018, cadangan dari wilayah tambang Cikadu, Sekolah, Cibatu, dan Pasir Minggu yang ada di Sukabumi tersebut sebesar 810.385 troin ons.
Dengan mulainya produksi emas pada tahun ini, ia menargetkan SQMI mampu mengantongi pendapatan sebesar US$ 22 juta. “Target sekitar US$ 22 jutaan dari hasil produksi 19.000 oz dengan hitungan US$ 1250 per oz,” ungkapnya.
Irwan bilang, setelah pabrik pengolahan pertama beroperasi, mereka juga akan melanjutkan ekspansi dengan membangun pabrik pengolahan tahap dua berkapasitas 1500 ore per hari yang ditargetkan rampung pada 2021.
SQMI membutuhkan investasi sebesar US$ 66 juta hingga US$ 99 juta untuk pabrik pengolahan kedua ini. "Sementara ini dananya akan diperoleh dari cash from operation dan sebagian dari pinjaman,” imbunya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.