Fokus di hilirisasi, Inalum bakal rampungkan beberapa proyek ini
KONTAN.CO.ID - TOBA SAMOSIR. Produsen aluminium, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah berusaha menggenjot hilirisasi (downstream product) di berbagai lini.
Maka, Mining Industry Of Indonesia (MIND ID) sebagai induk holding BUMN tambang dan smelter mendorong agar semua perusahaan yang tergabung dalam holding untuk mempercepat realisasi tersebut. "Targetnya nanti 60%-70% produk yang dihasilkan untuk downstream, sedangkan sisanya upstream," sebut Orias Petrus Moedak, CEO MIND ID, Minggu (5/1).
Saat ini Inalum telah memproduksi aluminium dalam jenis billet, alloy dan ingot yang sudah dapat diaplikasikan langsung oleh industri manufaktur. Untuk memperkuat produk hilir smelter tersebut, perusahaan berencana memperkuat suplai bahan baku aluminium.
Salah satunya rencana kerjasama joint venture development agreement (JVDA) Inalum dengan PT Pertamina (Persero) untuk membangun perusahaan patungan pabrik pengolahan bahan baku utama aluminium berupa calcined petroleum coke (CPC) atau kokas. Adapun CPC menjadi bahan baku utama blok anoda dalam proses peleburan aluminium di Inalum.
Oggy Achmad Kosasih, Direktur Pelaksana Inalum mengatakan saat ini pembangunan pabrik masih dikaji lokasinya antara di Dumai area kilang minyak Pertamina atau di Kuala Tanjung lokasi pabrik Inalum. Inalum berharap lokasinya berada di Kuala Tanjung mengingat fasilitas pelabuhannya punya kemampuan mengangkut barang produksi tersebut.
"April tahun ini lokasi sudah harus ditentukan, setelah ini masa pembangunan pabrik memakan waktu 2 tahun-3 tahun," terang Oggy.
Untuk tahap awal Inalum memprediksi kapasitas produksi kokas mencapai 100.000 ton per tahun hingga tahap maksimal di level 300.000 ton per tahun.
Selain itu Inalum juga berencana pembangunan smelter grade alumina refinery (SGAR) di Kalimantan Barat yang sudah dilakukan peletakan batu pertama di tahun ini. Proyek ini menjadi pengembangan hilirisasi tambang bersama PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Proyek smelter alumina menjadi penting, sebab selama ini Inalum masih mengimpor bahan baku aluminium tersebut. "Padahal bahan baku alumina, bauksit di Indonesia ada hanya smelter-nya yang belum tersedia," sebut Oggy.
Sementara itu Inalum juga tengah memperbesar kapasitas produksi aluminiumnya dengan proyek modernisasi dan penambahan mesin, dimana kebutuhan dalam negeri terus meningkat sementara suplai dari lokal masih terbatas.
Untuk semua proyek ini, perusahaan memperkirakan bakal menganggarkan dana hingga US$ 1,2 miliar yang akan digunakan dalam beberapa tahun ke depan.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.