Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia (PTFI) berencana menambah kuota ekspor pada 2019. Penambahan kuota ekspor tersebut diajukan, sebab Freeport masih mempunyai stok di open pit yang bisa digunakan.
"Ada rencana mengajukan kuota ekspor, tapi belum tau berapa besarnya dan belum tau kapan," kata Juru Bicara PTFI, Riza Pratama, di Jakarta, seperti ditulis Kamis (9/5/2019).
Dia menuturkan, saat ini pihaknya masih menghitung besaran tambahan kuota ekspor yang bakal diajukan. Besaran pengajuan kuota tersebut, lanjut Riza, selain dipengaruhi oleh stok yang ada perusahaan juga masih menunggu minat pasar ekspor.
"Kalau yang minat atau standby buyer pasti ada. Makanya besarannya berapa tetap perlu kami hitung," ujar Riza.
Terkait pasar ekspor, kata Riza, saat ini PTFI masih mengandalkan pasar-pasar konvensional, seperti China, Jepang dan Korea Selatan.
"Mereka punya smelter juga, Cina, Jepang, India, Korea. Itu pasar pasar ekspornya," tutur Riza.
Konsentrat yang diekspor oleh Freeport memang menjadi salah satu pasokan konsentrat terbesar bagi negara-negara industri tersebut.
Pada 2019, PTFI mendapatkan jatah produksi sebesar 1,2 juta ton konsentrat. Hasil produksi tersebut digunakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas smelter dalam negeri. Sedangkan sisanya diekspor.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.