Freeport: Perlu kesiapan industri hilir demi serap produk smelter
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia mengharapkan perhatian pemerintah dalam mempersiapkan industri hilir demi penyerapan produk smelter yang optimal.
Selasa (30/10), Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan, untuk memacu percepatan pembangunan smelter Freeport yang dibangun di kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur tersebut, pemerintah terus melakukan sinkronisasi regulasi, misalnya tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Ia menjelaskan, harus ada aturan-aturan yang mendukung di antara kementerian, seperti aturan berkaitan dengan Amdal, sehingga itu harus kami sinkronkan agar izin lingkungan bisa dikeluarkan lebih cepat.
Menanggapi hal tersebut, Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengaku pihaknya mengikuti aturan yang ada mengenai proses AMDAL. Kendati demikian, Riza menjelaskan yang paling mendesak saat ini adalah kesiapan industri hilir.
Riza memberi gambaran, pabrik smelter pertama milik Freeport yang telah beroperasi sejak 1997 setiap tahunnya memproduksi katoda tembaga sebanyak 300.000 ton. Sayangnya, serapan dalam negeri justru tidak optimal.
"Yang diserap dalam negeri sampai sekarang tidak sampai 50%, sisanya diekspor dan ketika masuk lagi ke dalam negeri dengan barang jadi, harganya mahal," terang Riza ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (31/10).
Riza mengharapkan, industri hilir dapat tumbuh berbarengan dengan kehadiran proyek smelter ini. Riza memastikan, proyek pengolahan smelter bukan sesuatu yang menguntungkan bagi perusahaan tambang, kendati demikian, minimnya serapan industri dalam negeri jauh lebih disayangkan oleh Riza.
"Karena ini subsidi, sehingga penerimaan pajak ke dalam negeri berkurang, sudah begitu hasilnya malah tidak dinikmati di dalam negeri," sebut Riza.
Lebih jauh, Riza memastikan proyek smelter di lahan seluas 100 hektar ini berjalan sesuai timeline yang ada. Proyek yang ditargetkan rampung pada tahun 2023 mendatang ini telah memakan investasi sebesar US$ 150 juta.
"Pada saat ini pekerjaan yang sedang dilakukan adalah Front End Engineering Design (FEED) dan pemadatan tanah," jelas Riza. Proyek ini sendiri diperkirakan menelan investasi secara total mencapai US$ 2,8 miliar.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.