Gara-gara Virus Corona, Proyek Smelter China di Sulawesi Terganggu
Penyebaran virus corona membuat satu proyek pengerjaan pemurnian (smelter) nikel PT Virtue Dragon Nickel Industry di Konawe, Sulawesi Tenggara, terganggu. Proyek tersebut digarap China dan Indonesia.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono, mengatakan terganggunya proyek tersebut karena ratusan pekerja asal China tak bisa kembali ke Indonesia usai merebak virus corona. Pun pekerja yang berada di Indonesia tak bisa pulang ke China.
"Kalau untuk pengerjaan smelter, kebetulan saya datang ke Virtue Dragon, memang terganggu karena pekerja China yang pulang belum bisa kembali. Lebih 300-400 pekerja yang tak bisa kembali," kata dia dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (12/3).
Bambang mengatakan, selain satu proyek tersebut, belum ada laporan lain dari pengusaha minerba nasional terkait dampak corona. Menurut dia, proyek pengerjaan, produksi di pabrik-pabrik, dan ekspor minerba seperti bauksit dan tembaga masih berjalan seperti biasa.
Pun dengan harga jual timah, nikel, dan batu bara menurut dia terpantau masih stabil, meski tak ada kenaikan signifikan. Untuk harga acuan batubara (HBA) pada Maret 2020 naik tipis dibanding bulan sebelumnya. Kementerian ESDM mematok HBA Maret sebesar USD 67,08 per ton. Angka itu naik tipis 0,28 persen dibandingkan HBA Februari yang berada di level USD 66,89 per ton.
Meski begitu, dia mengatakan jika virus corona tak juga reda bisa berdampak pada sektor minerba nasional dalam jangka panjang. Sebab permintaan akan berkurang dari negara-negara yang selama ini impor komoditas minerba Indonesia. "Kenapa saya sebut (bisa berdampak) long term? Berarti industri di luar (negeri) terganggu karena tenaga kerja, ekonomi melambat, dan lainnya. Tapi yang jelas saat ini belum terganggu. Kita lihat perkembangannya terus karena katanya corona di China sudah tereduksi," ujarnya.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba, Irwandy Arif, mengatakan hingga saat ini pertambangan khususnya batu bara masih beroperasi normal.
Menurut dia, pembangkit listrik di China sudah mengurangi impor batu bara 200 ribu ton, angka tersebut dianggap masih kecil. Dampaknya terhadap virus corona baru akan terlihat pada Juni mendatang atau kuartal I 2020. "Tahun 2019 itu permintaan turun 30 persen, kalau 2020 kita perkirakan turun sekian persen karena tidak mungkin kita generalisir semua. Produsen pembangkit di China sudah kurangi dari 200 ribu ton. Pak Menteri bilang kecil, dia kira-kira hingga 1 juta ton. Jadi belum signifikan," jelasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.