KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selepas musim dingin berlalu, harga gas alam bakal sulit mengalami perbaikan. Tren harga gas alam saat ini masih cenderung bearish.
Merujuk Bloomberg, pada Senin (2/3), pukul 21.30 WIB, harga gas alam kontrak pengiriman April 2020 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 1,727 per MMBtu.
Posisi ini menguat 2,55% dibanding penutupan akhir pekan lalu di 1,684 per MMBtu. Namun, sepanjang tahun ini, harga gas alam masih anjlok 19,64%.
Analis Capital Central Futures Wahyu Laksono menyebut kondisi fundamental gas alam memang tidaklah baik. Sehingga tak mengherankan harganya terus anjlok. Sentimen terkait outlook permintaan yang menurun karena faktor musim dingin yang tidak sedingin biasanya adalah salah satu penghambat harga.
Baca Juga: Analis: Rebound harga gas alam hanya sesaat
“Sebelum adanya persebaran virus corona, gas alam merupakan komoditas dengan kondisi fundamental terburuk pada tahun lalu. Ditambah lagi dengan adanya outbreak corona akan semakin menekan harga gas alam ke depan,” terang Wahyu, Senin (2/3).
Sementara Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, virus corona semakin menekan harga gas alam karena berimbas menurunkan permintaan terhadap gas alam. Diperparah dengan kondisi produksi gas alam yang semakin meningkat.
“Energy Information Administration (EIA) menyebut produksi gas alam mengalami peningkatan yang tajam. Sementara imbas corona, berbagai negara saat ini melakukan isolasi diri sehingga menunda ekspor gas alam yang akhirnya membuat permintaan semakin menurun,” jelas dia.
Ibrahim menambahkan, data pertumbuhan manufaktur di China juga mencatatkan hasil yang buruk. Indeks manufaktur berada di level 40,3, paling rendah dalam beberapa tahun terakhir. Belum lagi proyeksi PDB China di kuartal pertama tahun ini yang hanya naik 5%. Posisi ini turun dari asumsi awal di 6%.
Tak pelak dia memproyeksikan, harga gas alam pada semester pertama akan mencoba mendekati level US$ 1,9 MMBtu dengan susah payah.
Sementara Wahyu memprediksi, gas alam masih akan berada dalam tren bearish dan bergerak dalam rentang US$ 1,5 - US$ 2,0 per MMBtu.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.