Gubernur Tagih Kepastian Pembangunan Smelter, AMNT Janji Mulai Konstruksi Awal 2020
Mataram (Suara NTB) – Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc menagih kepastian realisasi pembangunan smelter di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Sementara itu, PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) menyatakan, konstruksi pembangunan smelter akan dimulai awal 2020 mendatang.
‘’Isu pembangunan smelter sudah lama. Tapi masyarakat menginginkan ini betul-betul. Jangan sampai dikasih angin surga tapi tak ada realisasinya,’’ tegas gubernur saat menggelar rapat dengan Manajemen PT. AMNT dan Pemda KSB di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, Selasa, 7 Mei 2019.
Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Gubernur (Wagub) NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, Bupati KSB, Dr. Ir. H.W. Musyafirin, MM, Presiden Direktur PT. AMNT, Rahmat Makassau. Rapat dipandu Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB, Ir. H. Ridwan Syah, MM, M. Sc, M. TP dan dihadiri Kepala OPD terkait lingkup Pemprov NTB.
Gubernur mengatakan, sampai sekarang ia belum melihat progres pembangunan smelter di KSB. Bahkan ia melihat realisasinya masih agak jauh, karena lokasi pembangunan smelter dipindah dari lokasi semula.
Mantan Anggota Komisi VII DPR RI yang membidangi masalah pertambangan ini mengatakan, tugas Pemprov adalah memastikan investor diperlakukan dengan sangat nyaman di NTB. Posisi Pemda bukan memberikan beban kepada investor, melainkan menghidangkan NTB sebagai lingkungan yang nyaman untuk investasi.
Sehingga, Pemprov NTB dan Pemda KSB ingin mengetahui kepastian pembangunan smelter tersebut. Begitu juga industri turunannya. Sehingga, Pemda tidak ketinggalan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan nantinya.
‘’Kami ingin dapat kepastian. Kapan konstruksinya mau dibangun? Sehingga kami masih gamang juga. Fasilitas atau bantuan apa yang kami fasilitasi dari provinsi supaya progresnya nyaman,’’ tanya orang nomor satu di NTB ini. Baca juga: Smelter dan Industri Turunan Butuh Lahan 1.200 Hektare
Dr. Zul mengatakan, jangan sampai publik melihat ada ketidakseriusan dalam pembangunan smelter ini. Sehingga harus jelas timeline pembangunan smelter dan industri turunannya. Supaya masyarakat melihat adanya keseriusan dalam pembangunan industri pemurnian dan pengolahan emas dan tembaga yang ada di KSB tersebut.
‘’Isu ini terus menjadi bola liar dan akan terus ditanya masyarakat. Kami harus punya ukuran timeline yang terukur,’’ kata Dr. Zul.
Jika presentasi yang disampaikan sama dengan dulu, maka tak ada kemajuan. Dulunya, pembangunan smelter di KSB, PT.AMNT akan bekerjasama dengan PT. Freeport Indonesia. Tetapi karena PT. Freeport sudah beralih kepemilikan ke BUMN, PT. Inalum. BUMN Pertambangan tersebut akan membangun smelter di Papua.
Sehingga, PT.AMNT yang akan sendiri membangun smelter yang ada di KSB. Untuk itulah, kata Dr. Zul, Pemda ingin mengetahui rencana terbaru PT.AMNT supaya bisa meringankan beban. Pemda, katanya, akan menyiapkan infrastruktur fisik dan non fisik yang dibutuhkan untuk mendukung percepatan pembangunan smelter tersebut.
Sementara itu, Presiden Direktur PT. AMNT, Rahmat Makassau menjelaskan saat ini pihaknya sedang fokus untuk memastikan penyediaan tanah seluas 1.200 hektar untuk lokasi pembangunan smelter dan industri turunannya. Termasuk yang menjadi fokus pihaknya adalah membangun smelter.
‘’Kita membuat smelter untuk kemajuan NTB. Smelter itu dalam rangka menciptakan industri turunannya,’’ kata Rahmat.
Rahmat mengatakan, apabila smelter sudah terbangun di KSB. Maka ada produk ikutannya yang dapat dimanfaatkan untuk industri semen, pupuk dan kabel. Hal yang menjadi tugas bersama bagaimana memastikan produk-produk ikutan yang dihasilkan dapat diproses di NTB. Artinya, produk ikutan untuk industri semen, pupuk dan kabel tersebut harus ada di NTB. Baca juga: Smelter dan Industri Turunan Butuh Lahan 1.200 Hektare
‘’Karena kondisi terburuk kalau kami tak mendapatkan pembiayaan dan investor (untuk industri turunan) kita menjual keluar. Terbaik yang kita lakukan, harus kita bangun di KSB,’’ ujarnya.
Rahmat menegaskan, PT. AMNT sudah berkomitmen membangun smelter di NTB. Termasuk soal pembangunan industri turunan, pihaknya sudah membuat Memorandum of Understanding (MoU) dengan calon investor yang berminat seperti PT. Semen Indonesia dan PT. Pupuk Indonesia.
Karena smelter itu akan dibangun sendiri, Rahmat menyebutkan kapasitas yang akan dibangun sebesar 1,3 juta ton. Sebelumnya, PT.AMNT berencana akan membangun smelter dengan kapasitas 2,6 juta ton konsentrat per tahun.
Saat ini proses pengembangan sudah dalam tahapan Front End Engineering Design (FEED) yang dilakukan bersama Outotec sebagai salah satu teknologi provider terdepan dalam industri smelting dan refining. Fasilitas peleburan dan pemurnian emas dan tembaga dengan kapasitas 1,3 juta ton konsentrat tersebut dibangun di KSB, direncanakan awal 2020 sudah mulai konstruksi. Ditargetkan pertengahan 2022, smelter tersebut sudah selesai dibangun. ‘’Kita berharap bisa lebih awal selesai. Kemudian beroperasi di pertengahan 2022,’’ paparnya.
Rahmat menyebutkan, akhir 2019 progres pembangunan smelter secara keseluruhan sudah mencapai 25 persen. Kemudian tahun 2020, progresnya diharapkan mencapai 38 persen. Selanjutnya tahun 2021, progresnya diharapkan mencapai 70 persen.
‘’Commisioning akan mulai pertengahan 2022 – 2023. Artinya, operasi full capacity dimulai. Mau ndak mau harus kami selesaikan di 2022. Kalau delay 2022, maka risiko bagi kami,’’ kata Rahmat. (nas)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.