Harga Nikel Naik, Vale Indonesia Bukukan Laba Bersih Rp 828 M
PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan kinerja positif di sepanjang periode Januari-September di tahun ini. Perseroan mencatatkan laba bersih senilai US$ 55,21 juta atau Rp 828,15 miliar (kurs Rp 15 ribu/US$) pada kuartal III-2018, setelah sebelumnya di periode yang sama tahun lalu perseroan mencatatkan kerugian US$ 19,62 juta.
Perbaikan kinerja perusahaan didorong oleh pendapatan INCO yang tumbuh 29,17% secara year on year (YoY) menjadi US$ 579,59 juta atau Rp 8,68 triliun pada kuartal III-2018.
"Saya senang mengumumkan triwulan ketiga tahun 2018 yang menguntungkan dikarenakan harga penjualan yang lebih tinggi. Pendapatan meningkat karena harga realisasi rata-rata lebih tinggi pada kuartal III-2018. Kami akan tetap fokus dama mengoptimalisasikan produksi kami, meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya," ujar CEO dan Presiden Direktur INCO Nico Kanter.
Jika dirinci, pendapatan penjualan perseroan kepada Vale Canada Limited meningkat 29,24% YoY menjadi US$ 463,81 juta. Sementara pendapatan penjualan kepada Sumitomo Metal Mining Co.Ltd juga tumbuh 28,9% menjadi US$ 115,77 juta.
"Dari sisi operasi, produksi di triwulan ketiga tahun 2018 berada di bawah rencana sebagai akibat dari aktivitas pemeliharaan yang tidak direncanakan untuk mengatasi masalah operasional yang teridentifikasi dan juga untuk memastikan keselamatan operasi kami," ungkap Nico.
"Kami dapat memajukan jadwal pemeliharaan yang sebelumnya direncanakan di kuartal IV-2018 menjadi kuartal III-2018 dan tidak berharap akan adanya tambahan aktivitas pemeliharaan yang besar hingga akhir tahun," tambahnya.
Sementara itu, beban pokok pendapatan meningkat 5,22% dari sebelumnya US$ 459,18 juta di kuartal III tahun lalu menjadi US$ 483,14 juta.
Peningkatan beban disusul dengan harga bahan bakar minyak bersulfur tinggi (HSFO) meningkat sebesar 13%, minyak diesel (HSD) 5% sedangkan batubara 7% per unit basis dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sedangkan konsumsi HSFO dan diesel meningkat sebesar masingmasing 9% dan 6%, sedangkan konsumsi batubara menurun sebesar 3%.
Tercatat perseroan telah mengeluarkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 27,7 juta atau meningkat dari US$ 13,3 juta di kuartal sebelumnya.
"Karena aktivitas pemeliharaan di kuartal III yang tidak terencana ini, kami merevisi target produksi tahun penuh kami menjadi 75 ribu ton di 2018, turun dari perkiraan 77 ribu ton," tambahnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.