Jakarta, CNBC Indonesia- Harga saham PT Timah Tbk (TINS) jatuh 7,6% dalam satu hari, seiring jatuhnya harga komoditas dunia ini pada Rabu (3/7/2019).
Pada perdagangan, Rabu (3/7/2019) harga saham TINS ditutup pada harga Rp 1.035/saham, turun 7,59% atau Rp 85 dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Saham TINS diperdagangkan pada kisaran Rp 1.010 dan Rp 1.090 dengan total nilai transaksi Rp 68,91 miliar.
Sejalan dengan turunnya harga saham, investor asing juga melakukan aksi jual bersih, meskipun tak banyak, yakni Rp 739,73 juta.
Harga timah di bursa London Metal Exchange (LME) anjlok ke level terendah sejak Juli 2016. Aktivitas manufaktur yang loyo di sejumlah negara membuat permintaan komoditas bahan baku, termasuk timah, berisiko melambat.
Pada penutupan perdagangan hari Selasa (2/7/2019) harga timah kontrak tiga bulan ke depan amblas 6,35% ke level US$ 17.700/ton.
Baca: Diancam China, AS Cari Pasokan Rare Earth sampai Afrika
Awal pekan ini, berbagai lembaga merilis data Purchasing Manager's Indeks (PMI) manufaktur periode Juni di sejumlah negara. Data tersebut menggambarkan gairah industri manufaktur.
Sayangnya, data-data tersebut mengindikasikan industri manufaktur secara global makin tidak bergairah.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.