Harga Timah RI Ditentukan Singapura, Luhut: Kamu Bangga?
Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memang menggebu-gebu jika bicara hilirisasi mineral di Indonesia.
Sampai saat ini misalnya, masih banyak yang bertanya kepada Luhut soal alasan di balik pelarangan ekspor nikel yang dipercepat. Dari semula berlaku pada 2022, penambang kini tak bisa ekspor lagi mulai 1 Januari 2020.
Kebijakan ini sempat diduga bakal menguntungkan smelter-smelter nikel China yang banyak beroperasi di timur Indonesia saat ini. Namun, dibantah tegas-tegas oleh Luhut. Menurutnya, justru dengan ekspor mentah-mentah yang akan menguntungkan China.
"Yang salah di mana? Selama ini kita ekspor-ekspor itu ke mana, ke China! 98% itu ke China, saya ulangi ya 98% ke China," katanya berapi-api saat dijumpai di gedung DPR RI, Senin (9/9/2019).
Dia membeberkan, sepanjang sejarah negeri ini tidak memiliki peta rantai pasokan yang jelas untuk tambang mineral. Mulai dari bijih mentah sampai nanti barang jadi setelah dari smelter, sehingga hanya ingin ekspor barang mentah dan hasilkan uang US$ 350 juta.
Sementara, lanjutnya, dengan hilirisasi bisa datangkan lebih banyak untuk komoditas serupa yakni mencapai US$ 5,8 miliar. "Itu hanya ekspor saja bawa itu tanah yang isinya timah, dan satu ton tanah itu belum tentu dapat 1 kilogram timah. Jadi berapa juta ton sudah berpuluh-puluh tahun kita ekspor?"
Dengan membangun smelter, Ia meyakini pemerinah akan punya peran untuk menentukan harga. Sehingga tak cuma diatur oleh negara yang punya smelter, "Bangun smelter itu kan cuma 2 tahun, ini sudah lebih dari 2 tahun, apa yang terjadi, kenapa diulur-ulur?"
Ia menyampaikan pesan Presiden Jokowi yang juga meminta untuk melihat materiil dasar lainnya, seperti timah. "Masa harga timah ditentukan di Singapura, kamu banggak gak sebagai orang Indonesia? Masa tidak bisa bikin supply chainnya itu juga," ceritanya.
Kebutuhan timah dunia tinggi, hampir semua telepon genggam misalnya berisi timah. "Kenapa tidak kita bikin di dalam negeri, sama dengan bauksit sama dengan alumina sama dengan apalagi itu semua, zink!"
Apalagi, tambahnya, di timah juga ditemukan Rare Earth di mana mineral ini sedang diburu oleh Amerika Serikat. "AS lagi kepusingan 7 keliling, karena rare earth China tidak mau diekspor," jelasnya. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190909160014-4-98108/harga-timah-ri-ditentukan-singapura-luhut-kamu-bangga
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.