Harga nikel diproyeksi stabil, Vale Indonesia (INCO) punya propsek cerah
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dinilai masih memiliki prospek yang cerah tahun ini. Hal ini tidak terlepas dari komoditas yang diproduksi oleh INCO, yakni nikel.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan kebijakan pemerintah untuk menyetop pelarangan bijih nikel akan berdampak positif bagi INCO. Sebab, dengan adanya pelarangan ini maka harga nikel dunia berpotensi naik.
“Izin eskpor bijih nikel baru diberlakukan pada 1 Januari 2020, sehingga efeknya minimum baru akan terlihat pada kuartal I-2020,” terang Dessy kepada Kontan.co.id, Jumat (21/2).
Di sisi lain, Dessy menilai perlambatan pembangunan smelter nikel di tanah air dapat menjadi sentimen negatif bagi komoditas nikel. Sementara itu, produsen juga sudah tidak bisa mengekspor nikel ore per 2020.
Dessy melihat, pada kuartal pertama tahun ini masih belum ada sentimen yang secara signifikan menopang pergerakan nikel. Namun, progres pembangunan smelter nikel diharapkan mampu menjadi katalis positif dari dalam negeri.
Senada, Director Finance and Control Vale Indonesia Adi Susatio mengatakan, harga nikel saat ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara fundamental, harga nikel akan dipengaruhi oleh tingkat permintaan nikel dunia yang bergantung pada kondisi ekonomi global dan juga tingkat persediaan nikel.
“Jika pertumbuhan ekonomi baik, maka biasanya permintaan nikel akan meningkat dan harga membaik. Demikian sebaliknya,” terang Adi kepada Kontan.co.id, Minggu (23/2).
Sepanjang 2019, emiten konstituen Kompas100 ini membukukan laba bersih periode berjalan senilai US$ 57,40 juta. Realisasi ini turun 5,14% dibandingkan dengan laba bersih periode berjalan tahun sebelumnya yang mencapai US$60,51 juta.
Baca Juga: Pendapatan naik tipis, laba bersih Vale Indonesia (INCO) tahun lalu turun 5,14%
Dari sisi top line, pendapatan emiten nikel ini mengalami kenaikan. Sepanjang 2019, INCO mencatatkan pendapatan US$ 782.01 juta atau naik tipis 1% dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu yakni US$ 776,9 juta.
Dessy menilai, capaian INCO tahun ini cenderung stagnan bila dibandingkan dengan tahun 2018. Namun, realisasi kinerja khususnya pada kuartal IV-2019 akan dijadikan acuan oleh Samuel Sekuritas Indonesia untuk memproyeksi kinerja INCO tahun ini.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.