KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melesat ke level tertinggi sejak Juni 2015, harga nikel koreksi akibat grafik teknikal telah memasuki area jenuh beli. Kamis (2/11), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange koreksi 1,05% menjadi US$ 12.650 per metrik ton.
Rabu (1/11), harga nikel mencapai US$ 12.785 per metrik ton yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2015. Relative strength index selama 14 hari naik menjadi 72,8 pada hari Rabu (1/11), melampaui level 70 memberikan sinyal overbought. "Lonjakan baru-baru ini terlalu cepat dan tidak terlalu sehat," jelas Wang Cong, analis SMM Information & Technology Co kepada Bloomberg.
Saad Rahim, chief economist Trafigura Pte Ltd mengatakan, permintaan nikel sulfat, bahan utama dalam baterai lithium-ion berpeluang naik 0,5 juta ton-3 juta ton pada 2030. "Baterai cenderung menggunakan lebih banyak nikel dan akan mengurangi kobalt di masa depan," kata Rahim.
Prospek kenaikan permintaan ini menjadi faktor fundamental pendorong harga nikel hingga rekor tertinggi. Meski harga terkoreksi secara teknikal, prospek permintaan dan harga masih menanjak.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.