Harga nikel terus menanjak, Vale Indonesia (INCO) tetap waspadai potensi penurunan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel yang stabil di atas US$ 15.000 per metrik ton tak membuat PT Vale Indonesia Tbk (INCO) jumawa.
Seperti diketahui, harga nikel kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 15.084 per metrik ton pada Kamis (17/9). Bahkan selama lima hari berturut-turut, harga nikel belum pernah ke bawah US$ 15.000 per metrik ton.
Meski demikian, Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menilai, kenaikan harga nikel saat ini bukan didorong oleh faktor fundamental. Toh, inventori stock nikel di bursa LME cenderung stabil atau bahkan naik.
Dia menyebut kenaikan harga nikel lebih didorong oleh sentimen positif pasar. “Oleh karena itu, Vale Indonesia akan menyikapinya secara hati-hati. Karena bukan tidak mungkin harga nikel akan bergerak turun kalau sentimen negatif menjadi lebih dominan,” kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (18/9).
Oleh karena itu, strategi yang akan dilakukan VALE ini masih tetap sama, yakni berusaha mengoptimalkan produksi sampai dengan akhir tahun sembari mengontrol biaya. Inisiatif penghematan biaya yang sudah dilaksanakan sejak 2018 terus dilanjutkan. Lebih lanjut, INCO juga memulai inisiatif ‘Obeya’.
Bernardus merinci, inisiatif ‘Obeya’ ini bertujuan untuk mengidentifikasi keborosan (waste) yang ada di dalam proses bisnis serta menghilangkan waste tersebut dalam waktu yang cepat. Sehingga nantinya diharapkan dapat menghasilkan efisiensi biaya atau peningkatan produktivitas.
Dia menegaskan, target produksi INCO hingga akhir tahun masih di angka 73.700 ton. Naiknya target produksi ini disebabkan oleh keputusan INCO untuk menunda pembangunan tanur listrik 4 yang semula dijadwalkan pada kuartal IV-2020, menjadi ke kuartal II-2021.
Sebelumnya, INCO menargetkan volume produksi nikel tahun ini ada di angka 71.000 ton.
Namun, salah satu konsekuensi dari penundaan pembangunan tungku ini adalah potensi turunnya jumlah produksi di tahun depan. Namun, INCO masih mengalkulasi terkait potensi pasti turunnya jumlah produksi akibat penundaan pembangunan tungku ini di tahun depan.
Sebagai gambaran, produksi nikel matte Vale Indonesia di semester I-2020 mencapai 36.315 ton naik 18% bila dibandingkan dengan produksi semester I-2019 yang tercatat hanya 30.711 ton. Pada semester pertama tahun lalu, INCO melakukan shutdown terencana yang lebih panjang untuk kegiatan terkait dengan pemeliharaan Larona Canal Lining.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.