Hingga 2019, Tujuh Pembangkit Baru akan Tambah Pasokan 400 MW ke Sistem Kelistrikan Nusa Tenggara
MATARAM – Pembangunan enam pembangkit listrik tenaga gas oleh PT PLN (Persero) dan pengoperasian satu pembangkit listrik tenaga uap di wilayah Nusa Tenggara akan mampu mengalirkan listrik bagi 400 ribu ribu rumah tangga.
Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pembangunan pembangkit menunjukkan komitmen pemerintah melalui PLN untuk melakukan pemerataan listrik di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat dan Timur.
Pengoperasian tujuh pembangkit baru tersebut akan menambah 400 megawatt (MW) di sistem kelistrikan Nusa Tenggara.
Jonan menargetkan dengan pembangunan enam pembangkit baru dan pengoperasian satu pembangkit paling tidak sebanyak 400 ribu rumah tangga akan menikmati aliran listrik secara bertahap mulai 2018 hingga 2019.
“Intinya pengembangan pembangkit listrik oleh PLN bertujuan untuk pemerataan kelistrikan di NTB dan NTT. Dengan selesainya proyek tersebut kebutuhan listrik NTT dan NTB untuk 350 ribu – 400 ribu rumah tangga bisa terpenuhi,” kata Jonan seusai pelaksanaan groundbreaking pembangunan pembangkit di Tanjung Karang, Mataram, Nusa Tenggara Barat (20/10).
PLN sudah memulai tahapan konstruksi enam pembangkit, di antaranya PLTGU Lombok Peaker (130-150 MW), PLTMG Bima dengan kapasitas 50 MW, PLTMG Sumbawa 50 MW, PLTMG Kupang Peaker 40 MW, PLTG / MPP Flores Labuan Bajo 20 MW serta PLTMG Maumere 40 MW. Selain itu, PLTU IPP Lombok Timur 2×25 MW juga mulai beroperasi.
Untuk PLTGU Lombok Peaker ditargetkan rampung pada 2019. Untuk embangkit lainnya ditargetkan tuntas pada 2018.
Hingga Agustus 2017, kapasitas pembangkit di wilayah Nusa Tenggara yang meliputi sistem Lombok, Sumbawa dan Bima adalah 400 MW.
Dari kapasitas tersebut sebagian besar dipenuhi melalui sewa pembangkit dengan porsi pembangkit PLN di sistem Lombok sebesar 27,9%, untuk Independent Power Producer (IPP) sebesar 38,3%, dan sewa pembangkit sebesar 33,9%.
Untuk kedua sistem lainnya lebih dari 50% kebutuhan listrik dipenuhi dari sewa pembangkit, yakni di Sistem Sumbawa 91% dan sisanya PLN dan sistem Bima 81,3% dipenuhi dari sewa pembangkit baru sisanya dipenuhi PLN.
Djoko R Abumanan, Direktur PLN Regional Bisnis Jawa Timur, Bali-Nusa Tenggara, mengungkapkan nantinya kelima Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dan satu Mobil Power Plant akan mendapatkan pasokan gas dari sumber di wilayah sekitar area operasi. Hal ini untuk menekan biaya operasi sehingga bisa menghasilkan harga listrik yang sesuai dengan permintaan pemerintah.
Pembangkit Lombok Peaker berkapasitas 130-150 MW, gasnya berupa CNG akan dipasok dari lapangan TSB yang dikelola Kangean dengan kapasitas 20 MMSCFD. Untuk empat pembangkit lainnya saat ini masih dalam proses tender.
“Yang lainnya dilelang untuk nanti pengadaan Indonesia tengah, harganya sesuai dengan Permen 45 tahun 2017, harus dibawah itu,” tandas Djoko.
Peraturan Menteri ESDM Nomor 45 menyebutkan harga gas di plant gate untuk pembangkit listrik yang bukan mulut sumur paling tinggi sebesar 14,5% dari harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.