Holding BUMN Tambang Siapkan Belanja Modal Rp25 T pada 2020
Jakarta, CNN Indonesia -- Holding perusahaan pertambangan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp24 triliun-Rp25 triliun pada 2020. Belanja modal itu akan dialokasikan untuk pengembangan proyek-proyek perusahaan yang masuk dalam holding pertambangan.
"Dari sisi rencana program kerja kami membutuhkan pengeluaran Rp24 triliun-Rp25 triliun karena sebagian besar pengeluaran dalam dolar AS," kata Direktur Utama Mining Industry Indonesia (MIND ID) Orias Petrus Moedak di Komisi VII DPR, Rabu (22/1).
Sebagaimana diketahui, holding perusahaan tambang terdiri dari PT Inalum (Persero), PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, dan PT Timah Tbk. Dalam holding tambang, MIND ID menjadi induk holding. MIND ID merupakan identitas baru dari PT Inalum yang berfungsi untuk membedakan Inalum sebagai holding tambang dan Inalum sebagai pelaksana operasional.
Ia merincikan enam beberapa proyek strategis milik holding tambang pada 2020. Pertama, pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Grade Alumina Refinery di Mempawah, Kalimantan Barat oleh Inalum dan Antam. Orias mengatakan smelter ini akan mengubah bauksit menjadi alumina.
Smelter ini membutuhkan investasi sebesar US$900 juta. Masa konstruksi kurang lebih tiga tahun dan ditargetkan beroperasi pada 2023. Fasilitas ini ditargetkan memiliki kapasitas 1 juta ton alumina per tahun.
Kedua, peningkatan teknologi pot Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Teknologi ini mengubah alumina menjadi aluminium.
Smelter ini membutuhkan investasi sebesar US$107,7 juta. Masa konstruksi kurang lebih dua tahun dan ditargetkan beroperasi pada 2022. Fasilitas ini mampu meningkatkan kapasitas produksi aluminium sebesar 1 juta ton per tahun.
PLTU ini membutuhkan investasi sebesar US$1,68 miliar. Masa konstruksi kurang lebih empat tahun dan ditargetkan beroperasi pada 2022. Pembangkit listrik ini memiliki kapasitas 2x621,72 megawatt (MW).
Keempat, pabrik feronikel di Tanjung Buli, Halmahera Timur oleh Antam. Pabrik ini membutuhkan investasi sebesar US$289 juta. Masa konstruksi kurang lebih dua tahun dan ditargetkan beroperasi pada 2021. Pabrik ini ditargetkan memiliki kapasitas 13.500 ton Ni.
Kelima, pembangunan smelter tin Ausmelt di Muntok, Bangka Barat oleh Timah. Smelter ini mengolah bijih timah menjadi timah kasar (crude tin). Smelter ini membutuhkan investasi sebesar US$80 juta. Masa konstruksi kurang lebih satu setengah tahun dan ditargetkan beroperasi pada 2021. Fasilitas ini mampu mengolah 40 ribu ton timah kasar.
Smelter ini membutuhkan investasi sebesar US$3 miliar. Masa konstruksi kurang lebih tiga tahun dan ditargetkan beroperasi pada 2022. Fasilitas ini mampu mengolah 2 juta ton katoda tembaga.
"Sekarang sudah mulai pematangan lahan dan diharapkan tengah tahun ini konstruksi dapat dimulai," katanya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.