INCO Bermitra Dengan Perusahaan Asal China - Bangun Smelter di Sulawesi Tengah
Jakarta — Muluskan rencana pembangunan smeletr di Bahadopi, Sulawasi Tengah, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng kerjasama dengan calon mitra strategis. “Bila tahun lalu kami bilang tahap penjajakan, saat ini sudah terpilih partnernya dan telah memasuki tahap final negosiasi komersial,” kata Wakil Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy di Jakarta, kemarin.
Dirinya menyebutkan, nilai investasi untuk pabrik tersebut sekitar US$1,6 miliar—US$1,8 miliar dan rencananya, perseroan akan berkolaborasi dengan mitra dari China. Sementara Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia menambahkan, negosisasi dengan mitra strategis untuk proyek Bahadopi sudah semakin mengerucut. Nantinya, perseroan akan membentuk usaha patungan atau joint venture.
Selain di Bahadopi, INCO juga memiliki proyek greenfield di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Fasilitas itu akan membuat bahan baku untuk baterai mobil listrik. Sebelumnya, Head of Investor Relations and Treasury Vale Indonesia Adi Susatio menjelaskan bahwa akan memakai teknologi high pressure acid leaching (HPAL). Perseroan akan membentuk JV dengan Sumitomo untuk pengembangan proyek di Pomalaa.
Adi menyebut pembangunan pabrik akan menelan biaya sekitar US$2,5 miliar. Sebagian besar kebutuhan dana akan dipenuhi melalui project financing. Kemudian soal divestasi 20% saham dengan deadline Oktober mendatang, perseroan menyerahkan sepenuhnya keputusanKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Divestasi ini adalahkewajiban perusahaan yang diatur dalam Undang Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Sebelumnya Vale Indonesia sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah untuk membahas proses divestasi tersebut.”Soal divestasi kami masih menunggu pemerintah memberikan keputusan, kami pasti was-was Oktober ada deadline. Kamipercayakan sepenuhnya kepada pemerintah," kata Nico Kanter.
Nicomenegaskan, pemerintah akan melihat Vale sebagai mitra strategis dengan adanya divestasi ini. "Mudah-mudahan pemerintah akan memutuskan mengambil 20% saham Vale. Kami perusahaan Tbk, valuasinya akan lebih mudah," tuturnya.
Mengacu data laporan keuangan Juni 2019, struktur kepemilikan saham Vale Indonesia yakni Vale Canada Limited sebesar 58,73% (PMA), Sumitomo Metal Mining Co Ltd 20,09% (PMA), Vale Japan Limited 0,55% (PMA), Sumitomo Corporation 0,14% (PMA) dan publik 20,49%. Adapun, tenggat waktu penawaran yakni Oktober 2019. Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengungkapkan, dari lima perusahaan tambang, hanya divestasi Vale Indonesia yang kemungkinan akan tuntas tahun ini.
Data Kementerian ESDMmencatat, pemerintah menargetkan divestasilima perusahaan tambang minerba di tahun ini. Selain Vale, empat perusahaan tambang lain yakni PT Natarang Mining(emas) dengan kewajiban divestasi saham 22%,PT Ensburry Kalteng Mining(emas) dengan kewajiban divestasi saham sebesar 44%,PT Kasongan Bumi Kencana(emas) dengan kewajiban divestasi19%, dan PT Galuh Cempaka(intan) dengan kewajiban divestasi saham sebesar 31%.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.