Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten pertambangan PT Vale Indonesia Tbk. merevisi target produksi nikel dari 76.000 ton menjadi 70.000-72.000 ton pada tahun ini.
Revisi ke bawah ini sejalan dengan adanya pemeliharaan pada Larona Canal Relining. Pemeliharaan yang dilakukan perseroan pun telah berdampak pada penurunan produksi pada kuartal I/2019.
Chief Financial Officer Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengungkapkan dengan target produksi nikel matte pada 2019 sekitar 70.000-72.000 metrik ton, maka setiap kuartal diproyeksikan menghasilkan 17.500-18.000 metrik ton. Namun, realisasi produksi hanya 13.080 metrik ton pada 3 bulan pertama 2019.
"Kami melakukan pemeliharaan pada Larona Canal Relining selama 10 pekan, sehingga hal itu berdampak pada penurunan produksi. Pemeliharaan itu juga berlangsung hingga pekan kedua April," sebutnya, Senin (15/4/2019).
Bernardus tak menampik produksi pada April 2019 bakal terkena dampak. Namun, bila pemeliharaan Larona Canal Relining rampung, produksi kuartal selanjutnya diyakini bakal lebih tinggi dari kuartal I/2019.
Untuk mencapai target, perseroan bakal mengincar produksi sekitar 19.000-20.000 pada kuartal ketiga dan keempat 2019.
Berdasarkan laporan keuangan 2018, Vale Indonesia membukukan pendapatan sebesar US$776,9 juta atau tumbuh 23,45% secara tahunan. Adapun laba bersih yang dibukukan mencapai US$60,51 juta, setelah pada 2017 mencatatkan rugi bersih US$15,27 juta.
Pada tahun ini, emiten bersandi saham INCO itu mengalokasikan belanja modal senilai US$165 juta atau hampir dua kali lipat dari 2018 yang sebesar US$83 juta. Peningkatan belanja modal sejalan dengan besarnya kebutuhan investasi perseroan.
Dalam catatan Bisnis, INCO tengah membidik pengembangan proyek besar yakni pengembangan smelter feronikel di Bahadopi, Sulawesi Tengah dan smelter nikel di Pomala, Sulawesi Tenggara. Perseroan menyebut proyek tersebut sedang dalam proses negosiasi final.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Nicolas Canter menuliskan dalam siaran resmi, pemeliharaan Larona Canal Relining telah membuat produksi pada kuartal I/2019 lebih rendah 36% dari produksi kuartal IV/2018. Menurutnya, penutupan pabrik dan masalah tungku listrik muncul secara tidak terencana.
"Sebagai hasil kegiatan ini, kami merevisi target produksi setahun penuh ke kisaran 70.000--72.000 ton per tahun," kaa Nicolas.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.