Inalum Akhirnya Bersedia Membangun Smelter Alumina di Kaltara
BANJARMASINPOST.CO.ID, TANJUNG SELOR - Nota kesepahaman akan ditandatangani PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dengan Pemprov Kalimantan Utara pada 6-9 Juni mendatang di bendungan Sigura-gura, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie, mengatakan penandatanganan nota kesepahaman akhirnya dilakukan usai kedua pihak beberapa kali bertemu membahas rencana investasi smelter alumina di Kalimantan Utara.
Mulai dari studi lapangan hingga finalisasi rencana investasi telah dibicarakan oleh kedua pihak. Untuk menambah kapasitas produksinya menjadi 1 ton pada tahun 2025, PT Inalum merujuk Kalimantan Utara sebagai tempat ekspansi.
"Mereka sudah turun ke sini melaksanakan studi lapangan. Bahkan komisaris utamanya dan direktur operasional sudah bertemu saya. Kita akan finalisasi dan menandatangani MoU di Bendungan Sigura-gura atas undangan mereka," kata Irianto diwawancarai Tribun, Kamis (1/6/2017) di Gubernuran usai memimpin upacara Hari Lahir Pancasila.
Ekspansi bisnis Inalum ke Kalimantan Utara didasari besarnya rencana penyediaan energi listrik di provinsi termuda ini, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai Kayan, Kabupaten Bulungan.
Irianto mengatakan, perihal kelanjutan PLTA, sudah ada kesepakatan antara PT Kayan Hydro Energi (investor PLTA), PT PLN Persero, dan PT Inalum. Ketiga perusahaan tersebut dikoordinasikan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Dalam beberapa kali pertemuan dengan ibu Menteri dan Deputinya, sudah dibahas detil. Bahkan nanti PLN itu akan jadi salah satu pemegang saham di dalam investasi pembangunan PLTA Sungai Kayan," sebutnya.
Kemungkinan PT PLN Persero kata Irianto menyetor modal 30 persen sebagai goodwill. "Saya protes, kalau PLN bisa tentunya BUMD kami bisa minimal 10-15 persen. Itulah yang akan kita kejar. Insyaallah itu bisa," sebutnya.
Chairuman Harahap Komisaris PT Inalum kepada Tribun sebelumnya mengatakan, BUMN ini akan mendirikan smelter alumina berkapasitas 700 ribu ton per tahun.
Dengan begitu, target memproduksi aluminium sebanyak 1 juta ton bisa direalisasikan jika ditotal dengan produksi smelter di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Smelter di Kuala Tanjung mampu memproduksi sebanyak 300 ribu ton aluminium per tahun.
Pembangunan smelter di Kalimantan Utara merupakan road map fase II PT Inalum. Sebetulnya, rencana pembangunan smelter kedua tuturnya direncanakan kembali di Kuala Tanjung. Hanya saja sokongan listrik di daerah tersebut mulai menipis.
Fokus industri PT Inalum di Kalimantan Utara ke depan buka hanya pada sektor hulu, namun juh mencakup produksi hilir. Pasar dalam dan luar negeri tetap menjadi incaran.
“Ke luar negeri gampang. Kalimantan Utara posisinya sangat strategis. Dengan mudah bisa ke Filipina, Jepang, dan Korea, dan negara lainnya,” sebut Chairuman saat berada di Tanjung Selor.
Di Indonesia kurang lebih 700 ribu ton aluminium per tahun dibutuhkan. Kemudian diperkirakan setiap tahun kebutuhan aluminium dalam negeri terus tumbuh sekitar 5 sampai 7 persen.
“Meski ada pasar luar negeri, kami akan prioritaskan dulu pasar dalam negeri. Karena dari hitungan kami, 1 juta ton produksi, ke depan itu masih kurang. Makanya harus ada lagi smelter Inalum III, IV, dan V,” ujarnya.
Bauksit sebagai bahan baku aliminium akan disuplai dari Mempawah Kalimantan Barat. Kata Chairman, Bauksit akan diolah menjadi alumina di daerah tersebut, kemudian alumina dikirim untuk diolah di smelter di Kalimantan Utara.
Sesuai rencana awal, pendirian smelter diarahkan Pemprov Kalimantan Utara di Desa Tanah Kuning Kecamatan Tanjung Palas Timur Kabupaten Bulungan.
Saat mendampingi kunjungan kerja Menteri BUMN Rini Soemarno ke Tanjung Selor, Winardi Direktur Utama PT Inalum kepada Tribun mengatakan, produksi satu ton alumina diperkirakan menghabiskan daya listrik 12.700 KwH. “Nanti listriknya kami beli," ujarnya.
Hitungan PT Inalum, investasi mendirikan smelter di Kalimantan Utara akan menghabiskan biaya sebanyak 3,5 miliar USD andai PT Inalum sendiri yang mendirikan PLTA.
“Tetapi investor PLTA sudah ada, kami investasinya cukup 2,8 miliar USD saja,” tuturnya. Praktis dengan perhitungan tersebut, Inalum menghemat biaya produksi sekitar 700 juta USD. (*)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.