Divestasi PT Freeport Indonesia bak pernikahan dua insan manusia Proses panjang menuju pelaminan kini tinggal selangkah lagi. Kedua mempelai yakni PT Inalum (Persero) dan Freeport McMoRan Inc (FCX) telah secara resmi bertunan-gan mengikat satu dengan yang lain melalui penandatanganan perjanjian divestasi dan perjanjian jual beli saham (sales and purchase agreement).
Tunangan tersebut berlangsung di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya mineral (ESDM) pada Kamis (27/9) pekan lalu. Penandatangan perjanjian itu sehari sebelum peringatan Hari Pertambangan. Kedua kubu mempelai tampak sumringah jelang proses tunangan dimulai. Senyum mengembang di wajah Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri BUMN Rini Soemarno, menteri keuangan sri mulyani, Direktur Utama Inalum, dan CEO Freeport McMoran Richard Adkerson.
Hari berbahagia itu dicapai setelah melalui proses pendekatan yang cukup panjang. Romansa Inalum dan Freeport dimulai pada Agustus 2017 seiring tercapainya kesepakatan mendasar terhadap empat poin negoisiasi. Kesepakatan umum itu yakni perpanjangan operasi hingga 2041, pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri, divestasi saham 51%, dan stabilitas investasi. Kesepakatan ini kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang lebih detil. Pemerintah menunjuk Inalum untuk mengakuisi Freeport.
Layaknya sepasang kekasih, Inalum dan Freeport kemudian melakukan penjajakan. Keduanya menggali potensi dan tantangan yang dihadapi kelak. Mereka ingin memastikan bahtera rumah tangga yang dibangun sanggup bertahan hingga hayat memisahkan. Ada proses tarik ulur dalam menyatukan pikiran, pendapat dan kehendak dari dua insan tersebut Namun perlahan tapi pasti sepasang kekasih itu mulai menemukan kesamaan.
Inalum dan Freeport akhirnya berkomitmen untuk membawa hubungan ke tahap yang lebih serius. Komitmen divestasi 51% itu dinyatakan melalui penandatanganan pokok-pokok perjanjian (head of agreement /HoA) pada Juli kemarin. Dalam perjanjian itu disebutkan mahar yang harus dibayar Inalum sebesar US$ 3,85 miliar. Kedua belah pihak pun berkomitmen untuk melaju menuju tahap pertunangan dalam 60 hari berselang.
Hari tunangan yang ditunggu akhirnya tiba. Jonan dan Adkerson berpelukan usai perjanjian divestasi diteken pekan lalu. Semua tersenyum lebar dan gembira. Inalum dan FCX memiliki waktu hingga enam bulan ke depan untuk mengurus administrasi dan perizinan lainnya. Ibarat kasarnya bagai pasangan yang harus menyelesaikan administrasi di Kantor Urusan Agama (KUA) sebelum ijab kabul digelar.
Budi Sadikin membocorkan sedikit seperti apa biduk rumah tangga yang akan dilalui nanti. Tidak ada istilahnya bulan madu setelah resmi menikah nanti. Pasalnya, di 2019-2020, produksi Freeport akan menurun seiring dengan habisnya cadangan di tambang terbuka Grasberg. Kegiatan produksi pun beralih ke tambang bawah tanah. Meski mengantongi saham mayoritas, tapi Freeport tetap sebagai operator di Tembagapura. Pertimbangan utamanya agar proses transisi ke underground mining berjalan mulus.
"Ini akan jadi tambang bawah tanah paling kompleks dan paling besar di dunia. Jadi memerlukan benar-benar kerja sama yang baik. Artinya kami enggak boleh bertengkar, enggak boleh ribut-ribut harus benar-benar kerjasama buat bisa jadikan ini," kata Budi di Jakarta, akhir pekan lalu.
Budi menuturkan belum ada pembahasan terkait posisi manajemen Freeport Indonesia. Namun dia menegaskan manajeman kelak jangan sampai mengganggu proses produksi akibat terlalu banyak mekanisme pengambilan keputusan. "Sebenarnya sudah jelas dari kepemilikan saham kita lebih. Cuma dalam pengambilan keputusan kan kami ajak bicara. Misal seorang istri gaji lebih, enggak boleh makan menunya ini. Memilihnya baretig-bareng. Enggak ada yang saya milih, harus terima ya," ujarnya.
Sementara itu Adkerson menyampaikan kegiatan pertambangan akan lebih stabil dengan penyelesaian divestasi. Dia berharap tidak ada lagi kontroversi yang mempengaruhi kegiatan pertambangan ke depan. Dia pun menegaskan sudah ada kesepakatan bahwa Freeport tetap sebagai operator. "Kami akan terus melanjutkan operasi untuk memastikan bahwa operasinya, pengelolaan lingkungan ditangani dengan cara yang benar," tutur dia.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.