Inalum: Holding Pertambangan Tekan Impor Bahan Baku Industri
Jakarta - Dengan dibentuknya holding BUMN pertambangan maka impor bahan baku industri dapat dipenuhi dari dalam negeri melalui hilirisasi. Selain itu, hilirisasi produk pertambangan juga akan meningkatkan nilai tambah yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pemerintah dari pajak dan dividen.
Direktur Utama PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) Budi Gunadi mengatakan saat ini bahan baku industri di Indonesia sebagian besar masih menggantungkan bahan baku impor sehingga meningkatkan biaya produksi dan harga barang. Oleh karena itu, pembentukan holding BUMN pertambangan tepat untuk menjawab tantangan tersebut.
"Tiga obyektif pembentukan holding ini adalah pengelolaan cadangan sumber daya alam, hilirisasi produk dan kandungan lokal, serta menjadi perusahaan kelas dunia," kata Budi di Jakarta, Jumat (17/11).
Budi menuturkan Indonesia adalah tanah yang kaya akan sumber daya dan cadangan mineral. Pengolahan sumber daya alam telah dilakukan pemerintah melalui BUMN bidang pertambangan, swasta nasional, dan asing. Namun hingga saat ini porsi penguasaan sumber daya BUMN pertambangan masih relatif kecil dibandingkan dengan swasta nasional dan asing.
Hal itu terjadi karena keterbatasan BUMN pertambangan, terutama dalam pendanaan sehingga menyulitkan pengembangan investasi. Selain itu larangan mengekspor hasil tambang mentah membuat BUMN pertambangan harus bergerak cepat menyiapkan infrastruktur untuk menghasilkan produk hilir.
Demi mewujudkan cita-cita nasional yang terkandung dalam Pasal 3 ayat (3) UUD 1945, diperlukan sinergi antar-BUMN tambang agar bisa bergerak lebih lincah dan mampu menjadi pemain besar dalam pengolahan sumber daya mineral demi kemakmuran rakyat. "Menjadi harapan kita semua bahwa pada akhirnya pemerintah mampu mengelola sektor-sektor strategis untuk optimalisasi pengelolaan sumber daya mineral, yang dipergunakan untuk kemakmuran rakyat," ujarnya.
Dikatakannya potensi yang bisa dioptimalkan dengan terbentuknya holding di industri pertambangan adalah di bidang sumber daya. BUMN Pertambangan sejauh ini hanya menguasai sekitar 7 persen- 30 persen dari total sumber daya dan cadangan untuk masing-masing minerba di Indonesia, sehingga masih terdapat potensi besar sumber daya dan cadangan di Indonesia yang belum dimiliki dan dikelola oleh BUMN Pertambangan. Biji bauksit misalnya, baru dikelola sekitar 13 persen oleh BUMN, bijih nikel dan timah baru sekitar 20 persen yang dikuasai, dan batubara baru 7 persen.
"Multiplier effect yang dapat dirasakan masyarakat adalah terbukanya lapangan pekerjaan yang besar dan mendorong tumbuhnya industri pendukung di sekitar daerah operasi holding," tutupnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.