MedanBisnis - Medan. Sesuai dengan Peraturan Presiden No.3 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, PT Inalum (Persero) terus mengejar realisasi proyek guna mengembangkan perseroan sebagai sebuah industri aluminium terpadu.
"Alhamdulillah, sampai saat ini tetap on the track walaupun masalah lahan dan perizinan masih menjadi kendala, namun saya optimis berkat dukungan dari pemerintah, pemegang saham dan pemangku kepentingan, hal ini dapat diselesaikan dengan cepat," kata Direktur Utama PT Inalum Winardi didampingi Direktur Operasional dan Pengembangan Bisnis SS Sijabat kepada wartawan, Senin (2/5).
Dijelaskannya, ground breaking proyek diversifikasi produk untuk aluminium alloy telah diresmikan pada 18 Januari 2016. "Saat ini sedang proses konstruksi dengan progress 27%," kata Winardi.
SS Sijabat juga menjelaskan, hingga awal Maret 2016, proyek SGA terus mengalami kemajuan ditandai dengan finalisasi Joint Venture Agreement antara Inalum dengan PT Antam dan Chalco dari Tiongkok.
"Selain SGA, kami juga bekerjasama dangan Chalco untuk proyek Slab Sheet di mana sampai saat ini telah mencapai kemajuan dengan joint feasibility study, serta beberapa proyek pengembangan lainnya," kata Sijabat.
Adapun pengembangan bisnis untuk wire-rod telah mulai memasuki tahap studi kelayakan bekerjasama dengan Leader Group dari Malaysia. Perluasan pabrik peleburan dan pekerjaan ekspansi Jetty yang keduanya telah memasuki tahap kajian teknologi bekerjasama dengan produsen aluminium dari luar negeri.
Sedangkan progress up-date teknologi peleburan pada kwartal ini sedang dalam persiapan yang bekerjasama dengan SANNAK dan SAMI.
"Khusus untuk rencana pembangunan PLTU 2 x 350 MW yang akan menjadi sumber energi tambahan bagi smelter, hingga saat ini telah mencapai tahap finalisasi studi kepayakan bekerjasama dengan PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Pengurusan perizinan dan persiapan lahan juga sudah progres," terang Sijabat yang diamini Dante Sinaga sebagai Kepala Proyek PLTU Inalum.
Dikatakannya, korporasi dituntut melaksanakan berbagai proyek pengembangan usaha dan peningkatan teknologi secara internal. Hal itu untuk meningkatkan produksi aluminium batangan dari 250.000 ton per tahun menjadi 500.000 ton per tahun demi memenuhi pangsa pasar aluminium, baik domestik dan internasional.
"Selain pertumbuhan produksi aluminium, proyek pengembangan ini akan memberikan dampak positif berganda. Baik selama konstruksi dan operasi seperti penyerapan tenaga kerja langsung maupun tidak langsung. Penerimaan negara melalui pajak dan corporate social responsibility," timpal Sijabat.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja, pengembangan proyek-proyek baru diproyeksikan akan menciptakan lapangan kerja lebih dari 15.000 orang, meningkat lebih dari dua kali lipat dari saat ini. Dari segi kontribusi perusahaan kepada negara, pajak korporasi diperkirakan meningkat sebanyak 146% pada kisaran US$ 101 juta. Pajak daerah sebesar 150% ke angka US$ 40 juta, dan devisa sebesar US$ 665 juta atau setara dengan 16%.
"Sedangkan kontribusi langsung kepada masyarakat (CSR) akan meningkat berkisar 200 persen dari saat ini sebanyak US$5 juta menjadi US$ 15 juta saat proyek-proyek pengembangan perusahaan berjalan efektif," pungkas Winardi.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.