a a a a a
News Update Indonesia Hentikan Ekspor, Produksi Nikel Global Turun Drastis Tahun ini
News

Indonesia Hentikan Ekspor, Produksi Nikel Global Turun Drastis Tahun ini

Indonesia Hentikan Ekspor, Produksi Nikel Global Turun Drastis Tahun ini
ASIATODAY.ID, JAKARTA – Lembaga riset Fitch Solutions memperkirakan produksi nikel global akan berkurang secara signifikan sepanjang tahun ini, seiring pemberlakuan larangan ekspor bijih nikel oleh produsen nomor satu, Indonesia.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah Indonesia secara resmi telah menghentikan ekspor bijih nikel per Januari 2020, lebih cepat setahun dari jadwal yang diumumkan sebelumnya, 2022.

Alhasil, Fitch memperkirakan produksi bijih nikel global akan turun 60 persen secara tahunan (yoy) menjadi 269 juta ton tahun ini.

Padahal sebelumnya, Fitch memproyeksikan pertumbuhan 15 persen produksi nikel global untuk 2020.

Melansir miningweekly.com, pertumbuhan produksi di Filipina, dimana beberapa tambang yang saat ini ditangguhkan akan beroperasi kembali karena negara tetangga itu ingin menutup kesenjangan pasokan yang disebabkan oleh larangan ekspor Indonesia, akan mengimbangi output Indonesia yang lebih rendah sampai batas tertentu.

Dalam jangka panjang, larangan tersebut dapat meningkatkan investasi ke sektor peleburan Indonesia yang sedang tumbuh, yang memurnikan bijih nikel, demikian kata Fitch.

Menurut Fitch, Filipina diperkirakan akan melengserkan Indonesia sebagai produsen nikel teratas secara global, dengan produksi pertambangan di Filipina diperkirakan akan melonjak signifikan pada tahun 2020 karena operasi penambangan yang masih ditangguhkan saat ini akan segera memperoleh izin untuk melanjutkan operasi.

Perkiraan Fitch, dari 2016 hingga 2018, produksi di Filipina turun rata-rata 12 persen sebagai akibat dari pelarangan penambangan terbuka karena masalah lingkungan.

Fitch meyakini produksi nikel di Filipina untuk terus tumbuh di tahun-tahun mendatang, meskipun ada kekhawatiran bahwa tingkat ketidakpastian kebijakan yang tinggi dapat menghambat pengembangan proyek, sehingga menimbulkan risiko penurunan perkiraan.

Namun, Fitch tetap optimistis produksi nikel di Filipina rata-rata akan tumbuh (yoy) 5,1 persen selama periode 2020 dan 2029, dengan penambang domestik diperkirakan akan bertanggung jawab atas sebagian besar produksi nikel di negara tersebut.

Sementara itu, pada periode yang sama, produsen utama lainnya – Rusia, Australia dan Kanada – diperkirakan akan mempertahankan pertumbuhan produksi yang stabil (yoy), meskipun produksi bijih nikel global diperkirakan turun 15,4 persen tahun-ke-tahun sebagai akibat dari larangan Indonesia.

Pertumbuhan produksi nikel Australia juga akan tetap positif selama tahun-tahun mendatang karena proyek yang direncanakan berjalan sehat. Fitch mengatakan ada 21 proyek nikel baru yang antre di negara benua itu, yang katanya akan mendukung pertumbuhan produksi rata-rata 2,1 persen (yoy) selama periode 2020 hingga 2029.

Australia juga memiliki cadangan nikel sulfida yang penting, yang akan diminati selama beberapa tahun mendatang karena penggunaan nikel dalam produksi baterai kendaraan listrik, yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan produksi yang signifikan di tahun-tahun mendatang.

Akibatnya, ini berarti bahwa sektor nikel Australia kemungkinan akan menarik minat investor lebih lanjut dalam jangka menengah dan panjang, kata Fitch.

Sementara itu, Rusia diperkirakan akan terus merugi dalam hal pangsa produksi nikel global.

Negara ini diperkirakan hanya berkontribusi 8,9 persen dari produksi global pada tahun 2029, turun dari perkiraan 10,4 persen untuk tahun ini, karena rencana proyek baru yang lemah dan lingkungan investasi yang terbatas.

Fitch memperkirakan tingkat pertumbuhan produksi negara itu rata-rata 1,8 persen (yoy) selama tahun 2020 dan 2029 – yang paling lambat dari semua produsen nikel global utama.

Dalam jangka panjang, Fitch memperkirakan produksi nikel global akan tumbuh rata-rata 1,7 persen (yoy) antara 2020 dan 2029, menandai perlambatan dari pertumbuhan rata-rata 6,7 persen (yoy) yang dicapai selama 2010 dan 2019.

Pada 2029, Fitch memperkirakan produksi nikel global tahunan akan mencapai 2,8 juta ton, naik dari 2,1 juta ton yang akan diproduksi tahun ini. (ATN)

Latest News

PLN Siap Pasok Smelter Antam Hingga 30 Tahun PLN Siap Pasok Smelter Antam Hingga 30 Tahun
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PLN Pasok Listrik ke Pabrik Smelter Antam Selama 30 Tahun ke DepanPLN Pasok Listrik ke Pabrik Smelter Antam Selama 30 Tahun ke Depan
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Smelter Feronikel Baru Antam ANTM di Halmahera Timur Bakal Dipasok Listrik dari PLNSmelter Feronikel Baru Antam (ANTM) di Halmahera Timur Bakal Dipasok Listrik dari PLN
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Member PT Hengtai Yuan
Member PT Indotama Ferro Alloys
Member PT Smelting
Member PT Bintang Smelter Indonesia
Member PT Meratus Jaya Iron  Steel
Member PT Cahaya Modern Metal Industri
Member PT Delta Prima Steel
Member PT karyatama Konawe Utara
Member PT Refined Bangka Tin
Member PT Central Omega Resources Indonesia
Member PT Kasmaji Inti Utama
Member PT Monokem Surya
Member PT Tinindo Internusa
Member PT Macika Mineral Industri
Member PT Indra Eramulti Logam Industri
Member PT Indonesia Weda Bay Industrial Park
Member PT AMMAN MINERAL INDUSTRI AMIN
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
Switch to Desktop Version
Copyright © 2015 - AP3I.or.id All Rights Reserved.
Jasa Pembuatan Website by IKT