Jakarta, Motoris – Sembari menantikan munculnya Peraturan Presiden soal Mobil Listrik, ternyata pemerintah Indonesia sudah punya skema rencana yang lebih besar untuk pengembangan bisnis ini. Adalah, menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen lithium di dunia, mendampingi China, sebagai pemain utamanya.
Hal tersebut disampaikan oleh Satryo Soemantri Brodjonegoro, Ketua Program Percepatan dan Pengembangan Kendaraan Listrik Indonesia. Dalam wawancaranya dengan Kompas.com, Satryo mengatakan, kalau Indonesia ini kaya sumber daya mineral, salah satunya lithium, bahan baku baterai, tetapi belum ada yang mengolah.
Kata Satryo, lewat penguasaan teknologi baterai, Indonesia bukan hanya menjadi pasar dan negara perakit mobil listrik dan komponen pendukungnya saja, tetapi juga ikut memasok ke dunia. Tiga bahan baku utama untuk membuat baterai untuk mobil listrik adalah, lithium, kobalt, dan mangan.
“Di sana (Bangka Belitung) timah banyak. Kalau ditambang timah itu, kemudian melalui proses pemurnian yang cukup baik, produk paling akhirnya itu bisa dapat lithium. Di Sulawesi Tenggara, kita ada tambang nikel, di dalamnya terkandung kobalt,” ucap Satryo yang bertitel Profesor ini.
Artinya, dibutuhkan investasi di hulu, membangun smelter untuk pengolahan lithium di Indonesia sehingga butuh menarik investor baik asing atau lokal. Paling ideal, kata Satryo, adalah dengan menggandeng negara yang paling maju dalam pengembangan baterai dan punya bahan baku, yakni China.
“Industri baterai ini masih sangat berkembang. Mitsubishi di Kyoto saja, mempekerjakan 800 peneliti untuk baterai dalam satu perusahaan. Jadi banyak sekali variasinya, tidak bisa ditanggung satu pihak saja,” ucap Satryo.
Seperti diketahui, salah satu komponen kunci untuk mengembangkan teknologi mobil listrik adalah baterai. Sampai saat ini, mobil-mobil listrik yang sudah dijual ke pasar, oleh merek-merek seperti Tesla, Nissan, dan BMW, mengandalkan baterai lithium ion sebagai pusat tenaga. Baterai ini, sampai saat ini juga masih terus berkembang dan belum ada yang ideal untuk negara tropis, seperti di Indonesia. (sna)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.