Ini penyebab turunnya produksi Vale Indonesia (INCO) di semester I 2019
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatatkan kenaikan produksi nikel pada kuartal II 2019. Selama periode April hingga Juni, produksi nikel INCO mencapai 17.631 metrik ton pada atau tumbuh 35% dari kuartal I 2019 di angka 13.080 metrik ton.
Namun bila dibandingkan dengan kuartal I 2018, produksi nikel di kuartal I 2019 turun cukup drastis sebesar 19,5%. Di kuartal I 2018, produksi INCO tercatat 17.141 metrik ton. Sementara di kuartal I 2019 produksi INCO hanya 13.080 metrik ton.
Bila dijumlahkan, produksi INCO semester I 2019 hanya sebesar 30.711 metrik ton atau turun 14,7% dibandingkan produksi semester 1 2018 yang mencapai 36.034 metrik ton.
Ternyata, penurunan produksi nikel INCO merupakan akibat dari adanya proyek INCO untuk melakukan perawatan Larona Canal atau Larona Canal Lining.
Proyek ini merupakan kegiatan pemeliharaan kanal guna memastikan pasokan air ke pembangkit listrik Larona.
Akibat dari dilakukan proyek tersebut adalah pasokan listrik ke smelter INCO menjadi berkurang. "Sebagai konsekuensi pasokan listrik berkurang, produksi juga menjadi lebih rendah," ujar Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer INCO saat acara Public Expose Live 2019 di Bursa Efek Indonesia, Selasa (27/8).
Perawatan ini dilakukan pada bulan Januari hingga April, sehingga menyebabkan produksi selama kuartal I 2019 mengalami penurunan. "Itu bukan sesuatu yang tidak direncanakan tapi memang sudah direncanakan sejak awal," lanjut Bernardus.
Perawatan terhadap pembangkit Larona penting dilakukan karena Larona merupakan salah satu PLTA tertua yang dimiliki INCO. Terhitung, Larona Canal sudah beroperasi selama 40 tahun.
Guna meminimalisir risiko kerja, INCO pun memutuskan untuk melakukan pemeliharaan terhadap Larona Canal. "Itu juga menunjukkan komitmen kami yang sangat besar terhadap manajemen risiko. Kami tidak mengutamakan produksi tetapi kami melihat dalam produksi ini harus meminimalisir risiko-risiko yang ada," kata Bernardus.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.