Intip Rencana Ekspansi Vale Indonesia (INCO) pada 2020
Bisnis.com, JAKARTA — PT Vale Indonesia Tbk. bakal mengucurkan anggaran belanja modal pada kisaran yang tidak jauh berbeda dengan anggaran yang digelontorkan tahun ini.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan bahwa untuk anggaran capital expenditure (capex) yang berkelanjutan, perseroan bakal menganggarkan yang kurang lebih sama dengan tahun ini. Baca juga: Penguatan Harga Nikel akan Dorong INCO Menuju Rp4.300
Pada tahun ini, kata Bernardus, perseroan optimistis bisa membelanjakan anggaran capex yang direncanakan dalam kisaran US$170 juta. Rencana itu naik dari US$83 juta pada 2018.
Adapun per kuartal III/2019, INCO telah merealisasikan capex US$114,5 juta yang digunakan untuk membiayai sejumlah proyek dan belanja modal rutin perseroan sepanjang periode tersebut. Baca juga: Akuisisi Saham Vale Indonesia (INCO), Inalum Siapkan US$500 Juta
“Secara garis besar, penggunaannya pada 2020 adalah untuk membangun kembali salah satu dari empat furnace, implementasi project de-bottlenecking seperti air slag granulation dan mobile screening station, kemudian untuk mine development dan project 2 sustaining lainnya,” katanya kepada Bisnis, Rabu (11/12/2019).
Bernardus mengungkapkan bahwa pada 2020, perseroan akan fokus pada pengembangan dua proyek smelter di Bahadopi, Sulawesi Tengah, untuk rencana pembangunan smelter feronikel. Selanjutnya, Vale Indonesia juga memiliki rencana pembangunan smelter nikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan catatan Bisnis, proyek Bahodopi dan Pomalaa disebut akan menghasilkan produk olahan nikel kelas satu. Produk tersebut berbeda dengan nickel matte yang biasa diproduksi Vale Indonesia melalui pabrik di Sorowako, Sulawasi Selatan.
Nickel matte hanya digunakan untuk industri baja anti karat stainless steel. Adapun, nikel kelas satu merupakan bahan baku produk premium seperti baterai listrik untuk electronic vehicle (EV).
“Untuk proyek pengembangan, kami fokus untuk melanjutkan pengembangan Pomalaa dan Bahodopi,” ungkapnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.