Investasi Smelter, Cita Mineral (CITA) Siapkan US$400 Juta
Bisnis.com, JAKARTA— Emiten tambang logam, PT Cita Mineral Investindo Tbk., berencana membangun fasilitas pemurnian atau smelter grade alumina tahap dua dengan biaya investasi sekitar US$400 juta.
Direktur Cita Mineral Investindo Yusak L. Pardede menjelaskan bahwa rencana itu akan dieksekusi melalui entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW). Baca juga: Kinerja Dua Putra Utama Makmur (DPUM) Anjlok
Pasalnya, secara kapasitas diperlukan penambahan dari 1 juta ton per tahun menjadi 2 juta ton per tahun.
“Sebagai satu-satunya pemurnian smelter grade alumina [SGA] di Indonesia, permintaan akan SGA baik untuk ekspor maupun dalam negeri akan tetap tinggi dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya kepada Bisnis.com akhir pekan lalu. Baca juga: Kementerian BUMN Pastikan Tak Ada Perombakan di Jajaran Direksi Garuda Indonesia
Dia mengungkapkan biaya investasi yang dibutuhkan sekitar US$400 juta. Sumber dana untuk ekspansi itu akan berasal dari internal dan pinjaman perbankan.
Dengan investasi tersebut, lanjut Yusak, perseroan akan mendapatkan sejumlah tambahan pendapatan. Salah satunya pendapatan dari penjualan produk tambang metalurgical grade bauxite (MGB) ke MHW serta pendapatan lain dari penjualan SGA lewat WHW. Baca juga: Dikabarkan IPO, Ini Kata Soho Global Health
“Diharapkan proses pembangunan rampung pada 2021,” imbuhnya
Seperti diketahui, emiten berkode saham CITA itu bergerak di bidang pertambangan bauksit dan merupakan produsen pertama SGA di Indonesia melalui WHW.
Perseroan tercatat memiliki dua entitas anak usaha di bidang pertambangan bauksit yakni PT Harita Prima Abadi Mineral dan PT Karya Utama Tambangjaya.
WHW merupakan perseroan patungan yeng terdiri atas CITA, China Hongqiao Group Limited, Winning Investment (HK) Company Ltd., dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co. Ltd. Komposisi kepemilikan masing-masing dalam proyek itu yakni 30%, 56%, 9%, dan 5%.
WHW bergerak di bidang pemurnian bauksit untuk menjadi SGA dan mulai berproduksi pada 2016. Kapasitas produksi yang dimiliki sebesar 1 juta ton per tahun.
Pada kuartal I/2019, CITA membukukan penjualan bersih Rp894,5 miliar. Realisasi itu naik 93,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp461,5 miliar.
Dari situ, perseroan membukukan laba bersih Rp331,5 miliar per akhir Maret 2019. Pencapaian tersebut tumbuh 136,6% dari Rp140,1 miliar pada kuartal I/2018.
Yusak menjelaskan bahwa pencapaian kinerja kuatral I/2019 ditopang perolehan kuota ekspor MGB 3,28 juta ton untuk periode 2018—2019. Dengan demikian, perseroan dapat melakukan aktivitas ekspor sesuai ketentuan pemerintah.
Selain itu, imbuh dia, CITA juga menjual MGB ke WHW yang digunakan untuk bahan baku SGA. Kebijakan itu diklaim bakal memberikan dampak positif terhadap keuangan perseroan hingga akhir 2019.
“Sejauh ini, WHW merupakan satu-satunya produsen SGA di dalam negeri. Situasi ini tentunya akan semakin mengukuhkan posisi WHW sebagai pemasok perdana produk SGA bagi pasar domestik, serta siap mendukung pertumbuhan industri alumina nasional dan tentunya diharapkan akan memberikan dampak positif bagi kinerja CITA di tahun-tahun mendatang,” paparnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.