Jaringan Listrik Masih Bermasalah di Pabrik Smelter
MAKASSAR, RAKYATSULSEL.COM — Kendati PT PLN sudah menyuplai kebutuhan listrik 40 MW untuk proses produksi pabrik smelter, namun rencana memulai produksi pada awal Mei, akhirnya tertunda lagi.
Industri pemurnian nikel milik PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia (PT Huadi) yang terletak di Kawasan Industri Bantaeng (KIBa) tersebut belum siap beroperasi. Penyebabnya, masih terkendala pada jaringan. Saat ini, pihak pengelola masih melakukan pemasangan instalasi listrik.
Padahal sebelumnya, Nurdin Abdullah begitu percaya dirinya menyebut jika ekspor perdana sudah siap. Bahkan sempat mengumbar akan melaunching tanggal 5 Mei. Tapi kenyataannya, perkataannya tak bisa dipenuhi.
Manajer PT Huadi, Lily Dewi mengakui memang ada beberapa kendala teknis. Namun, pihaknya menargetkan tetap beroperasi secepatnya.
Disinggung terkait jadwal peresmian yang tertunda. Lily mengakui bahwa peresmian tersebut terkendala teknis saja. Tidak ada hubungannya dengan pengoperasian. Apalagi ada dua mesin akan dioperasikan.
Sebelumnya, Kontraktor proyek pembagunan Smelter yang terletak di Kawasan Industri Bantaeng ( KIBA),Desa Papanloe, Kecamatan Pa’jukukang, Haji Hengki Ahmad Daeng Sila menilai Bupati Bantaeng non aktif Nurdin Abdullah (NA) sudah ‘membohonginya’.
Haji Sila, sapaan akrabnya, meminta NA untuk bertanggungjawab lantaran bertindak sebagai fasilitator warga dengan PT. Titan Mineral Utama dan PT. Pusaka Jaya Abadi ( PUJA). Apalagi NA yang mendatangkan kedua investor tersebut.
Mengaku enam kali dijanji, H Sila sangat sangat kecewa NA. Alasannya, total kerugian terkait lokasi berdirinya smelter mencapai miliaran.
“Kerugian bersama masyarakat disini yang diambil lahannya itu sekitar Rp4,9 M dan sampai sekarang belum ada terealisasi. Malahan pernah turun kesini Kabag Ops, Pak Aziz, kami dijanji tanggal 23 Februari 2015 namun sampai sekarang belum ada pelunasan sepeserpun,” katanya saat ditemui dirumahnya di Desa Papanloe, Kecamatan Pa’jukukang (17/5).
H. Sila juga menambahkan, kurang lebih 100 orang masyarakat sekitar smelter belum mendapat ganti rugi lahan. Parahnya lagi gaji untuk pekerja, alat berat, sopir, operator, bahan bakar dan hutang – hutang lainnya sampai sekarang belum dibayarkan.
” Kurang lebih 100 orang masyarakat dekat lokasi smelter disini tahu bahwa saya adalah koordinator dan sampai sekarang belum ada yang dibayarkan lahannya, hanya sebatas janji – janji. Jadi sewa alat berat, gaji sopir, gaji operator, sewa mobil, bahan bakar dan hutang – hutang lainnya sampai sekarang tidak ada yang dibayarkan,” ujarnya.
Sekedar diketahui, PT. Titan dan PT. PUJA pernah menggelar pertemuan dengan H. Sila di Hotel Ahriani di jalan Raya Lanto, kelurahan Tappanjeng.
Adapun hasil pertemuannya, H. Sila menegaskan, kedua perusahaan ini tidak bisa beraktifitas apabila belum ada pelunasan. Tapi karena telah dijanji kembali oleh NA untuk dilunasi akhirnya H. Sila mengizinkan. Namun sampai hari ini H. Sila belum mendapat sepeserpun dari apa yang telah dijanjikan oleh NA.
“Dia (NA) juga maunya untuk dicicil, kita juga kasi juga untuk dicicil. Namun sampai sekarang belum ada sepeserpun, karena itu saya merasa dibohongi dengan janji – janji NA,” jelasnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.