Jelang Larangan Ekspor Indonesia, Impor Bijih Nikel China Meningkat
Bisnis.com, JAKARTA – Impor bijih nikel China periode Oktober melanjutkan kenaikan menjelang kebijakan larangan ekspor bijih nikel di Indonesia resmi berlaku pada awal tahun depan.
Mengutip data Bea Cukai China, impor bijih nikel China periode Oktober naik di level 6,85 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 5,58 juta ton. Namun, secara bulanan impor turun dibandingkan dengan periode September sebesar 7,13 juta ton yang menjadi jumlah impor terbesar lebih dari 5 tahun.
Adapun, pembelian bijih nikel periode Oktober dari Indonesia mengalami kenaikan menjadi 3,11 juta ton dibandingkan dengan bulan lalu yang hanya sebesar 2,51 juta ton dan sebesar 1,34 juta ton dari periode yang sama tahun lalu.
Pembelian bijih nikel Oktober dari Indonesia tersebut pun menjadi pembelian dengan jumlah tertinggi sejak Januari 2014. Baca juga: Saham Apple Naik Tajam, Wall Street Catat Rekor
Sementara itu, impor bijih nikel China dari Filipina periode Oktober menurun menjadi 3,38 juta ton, dibandingkan dengan jumlah pengiriman September sebesar 4,39 juta ton dan sebesar 4,02 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
“Impor bijih nikel China melonjak karena pembeli mengambil bahan menjelang larangan ekspor Indonesia yang mulai berlaku Januari 2020,” tulis Bea Cukai China seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (25/11/2019). Baca juga: Bursa Eropa Cetak Kenaikan Terbesar dalam Enam Pekan
Seperti yang diketahui, Indonesia, produsen bijih nikel terbesar di dunia, telah memajukan larangan eskpor bijih nikel dua tahun lebih awal dari rencana semula untuk memajukan sektor hilir dalam negeri.
Sentimen tersebut berhasil membantu harga nikel untuk menguat signifikan pada pertahangan tahun ini sehingga nikel berhasil menyentuh level tertingginya sejak 5 tahun terakhir di level US$18.850 per ton. Sepanjang tahun berjalan 2019, nikel telah bergerak menguat sekitar 39%.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.