Jeng jeng..Big Boss Freeport Usulkan Tak Bangun Smelter Baru!
Jakarta, CNBC Indonesia - President dan Chief Executive Officer (CEO) Freeport McMoran Richard Adkerson mengusulkan agar PT Freeport Indonesia tidak membangun smelter baru, setelah beberapa waktu lalu karena proyek tertunda akibat pandemi Covid-19. Adkerson menyebut, sebagai gantinya, pihaknya mengajukan opsi lain yang bisa menjadi pertimbangan yakni memperluas smelter yang telah ada di Gresik yang dioperasikan PT Smelting dengan menambahkan pabrik logam mulia di dalamnya.
"Jadi, alternatifnya daripada membangun smelter baru, kita memberikan opsi bagaimana agar memperluas smelter Gresik yang sudah ada dan menambahkan pabrik logam mulia," ungkap Adkerson dalam conference call tentang kinerja kuartal III Freeport McMoran pada Kamis pekan lalu (22/10/2020).
"Oleh karena itu, harus ada kesepakatan yang memungkinkan kami untuk mengekspor kelebihannya. Dan kami akan mengajukan itu jika diperbolehkan," tuturnya.
Seperti diketahui, Holding BUMN Pertambangan MIND ID kini menjadi pemegang saham mayoritas di PT Freeport Indonesia (PTFI). Richard mengatakan, hal ini tengah dibahas bersama Kementerian BUMN dan juga kementerian terkait. Bila ini diizinkan, Freeport akan membayar iuran atau bea ekspor (export fee) atas konsentrat yang diekspor tersebut.
Menurutnya, pemerintah Indonesia sama halnya dengan negara lain di seluruh dunia menghadapi tantangan besar di sisi finansial akibat dampak dari pandemi Covid-19.
"Keuntungannya, kita akan terhindar dari keharusan membangun proyek konstruksi dari smelter baru dan secara manfaat finansialnya, ini akan positif bagi pemerintah," ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dalam divestasi saham yang dilakukan pada 2018, pembangunan smelter merupakan komitmen Freeport. Komitmen dalam membangun smelter menurutnya hasil dari diskusi yang dilakukan selama bertahun-tahun karena tidak ekonomis bagi semua orang.
"Tetapi untuk mencapai kesepakatan pada 2018, kami harus berkomitmen untuk melakukannya dan komitmen itu sudah ada. Jadi, benar-benar ada di tangan pemerintah tentang apa yang akan mereka putuskan, tetapi masalah manfaat finansial bagi pemerintah ini adalah masalah yang signifikan," paparnya.
Executive Vice President & Chief Financial Officer Freeport McMoran Kathleen Quirk mengatakan investasi yang dibutuhkan untuk ekspansi smelter Gresik ini yakni US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,7 triliun (asumsi kurs Rp 14.700 per US$), jauh lebih rendah dibandingkan dengan membangun smelter baru yang diperkirakan mencapai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 44,1 triliun.
"Perkiraan sebelumnya untuk smelter green field baru adalah US$ 3 miliar. Dan perkiraan untuk perluasan Gresik untuk 30% perluasan kira-kira US$ 250 juta," jelasnya.
Sebagai informasi, PT Freeport Indonesia masih mengalami kendala dalam pembangunan proyek pengolahan dan pemurnian (smelter) baru di Gresik, Jawa Timur. Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, proyek itu terdampak pandemi Covid-19 di mana ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Gresik, termasuk di kawasan Industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), tempat smelter akan dibangun.
Hingga Agustus 2020, menurut Tony, progress pembangunan smelter baru mencapai 5,8%.
"Kontraktor utama juga terdampak pandemi, sehingga memang praktis dalam 4-5 bulan ini praktis tidak ada kegiatan," tutur Tony dalam diskusi virtual pada Senin (17/08/2020).
Karena terimbas pandemi Covid-19, maka perusahaan pada beberapa bulan lalu telah menyampaikan permohonan penundaan beroperasinya smelter ini menjadi 2024. Permohonan ini disampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selaku kementerian teknis terkait.
Namun di sisi lain Menteri ESDM Arifin Tasrif meminta agar Freeport segera menyelesaikan proyek smelter baru ini.
"Saya berharap proyek smelter PT Freeport ini bisa segera selesai. Kita akan terus mendorong ini karena jika ini selesai, kita tinggal mendorong industri hilirnya supaya bisa berkembang," ujar Arifin seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian ESDM pada Selasa (01/09/2020).
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.