Jokowi Mau Setop Ekspor Bauksit, Tapi RI Belum Sanggup!
Jakarta, CNBC Indonesia- Usai setop ekspor nikel di tahun ini, Presiden Joko Widodo berniat untuk setop ekspor bauksit dalam waktu dekat. Ini dilakukan untuk mengebut hilirisasi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bauksit & Bijih Besi Indonesia (APB3I) Erry Sofyan mengaku tidak keberatan atas rencana ini, namun menurutnya adalah hal yang mustahil Indonesia bisa menyerap semua produksi bauksit dalam negeri.
Serapan dalam negeri saat ini baru mencapai 8% dari total produksi. Produksi bauksit satu tahun mencapai 40 juta ton di mana serapan dalam negerinya baru sekitar 3 juta ton.
Saat ini baru ada satu industri alumina yang menyerap produksi bauksit di dalam negeri, yakni PT Well Harvest Winning Alumina , yang berada di Kalimantam Barat. Ada 3 pabrik lagi yang tengah dibangun dan diproyeksikan mulai operasi pada 2022-2023 mendatang.
"Tidak mungkin terserap 100%. Hasil produksi bauksit dalam negeri belum bisa diserap industri dalam negeri sehingga jika ekspor dihentikan maka akan kehilangan devisa, pajak, dan lapangan kerja," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, saat ditemui di kantornya, Selasa sore, (14/01/2020).
Meski di tahun 2023 akan ada 4 industri alumina, namun serapan dalam negeri juga belum signifikan. Diproyeksikan dengan beroperasinya 3 industri alumina serapan bakal bertambah 7,5 juta ton, sehingga total produksi yang akan terserap sebesar 10,5 juta ton atau baru 25% dari total produksi nasional.
"Menurut saya pelarangan ekspor dilihat dari kemampuan industri dalam negeri masing-masing mineral. Pada prinsipnya kita setuju adanya pelarangan ekspor tapi tanpa mengorbankan kegiatan perekonomian dalam negeri. Mustahil produksi bisa diserap dalam negeri dalam waktu dekat," imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2012, Dinas Pertambangan Kalbar 2012, dan Hasil Eksplorasi 51 pemegang IUP Bauksit 2012-2014, total potensi sumber daya bauksit nasional mencapai 3,2 miliar ton.
Itu baru dari Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kepulauan Riau. Jika diserap oleh 4 pabrik dengan kapasitas 10,5 juta ton baru akan habis 304 tahun mendatang. Lalu jika produksi 40 juta ton per tahun, akan terserap dalam waktu 80 tahun.
"Itu cadangan tahun 2012 belum dieksplorasi lagi. Apakah 50 tahun lagi alumunium masih jadi produk yang diandalkan kan belum tentu. Saat ini ada bahan pengganti yang lebih murah dan ringan yakni polivinil klorida (PVC). Jangan khawatir konsumsi alumunium 50 tahun lagi akan digantikan bahan lain yang lebih murah," terangnya.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.