Kawasan Industri Morowali Tarik Investasi Rp 78 Triliun
REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kementerian Perindustrian sedang fokus mengembangkan hilirisasi industri pengolahan dan pemurnian atau smelter di kawasan Indonesia timur. Salah satu industri berbasis smelter yang masuk dalam prioritas pengembangan yakni Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP).
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, mengatakan Kawasan Industri Morowali dapat menarik investasi sebesar 6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 78 triliun.
"Smelter merupakan industri padat energi dan padat modal. Sehingga ini akan mampu mendongkrak kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional,” ungkap Putu, dalam acara seminar nasional Pengembangan Industri Berbasis Smelter dan Stainless Steel di Universitas Hasanuddin, Makassar, Kamis (4/3).
Tanah Sulawesi, lanjut Putu, menyimpan kekayaan alam berupa logam yang besar. Karenanya, Kawasan Industri Morowali akan dikembangkan untuk industri berbasis nikel dan turunannya.
Selain di Morowali, kawasan industri serupa juga tengah dikembangkan di Konawa, Sulawesi Tenggara. Hingga saat ini, Putu mengatakan, perkembangan hilirisasi industri berbasis logam telah mencakup 32 perusahaan yang tersebar di 22 kabupaten/kota dan 11 provinsi dengan total nilai investasi 16,3 miliar dolar AS.
Presiden Direktur PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Dedi Mulyadi menambahkan, kebutuhan nikel untuk smelter Manokwari mencapai 20 juta ton per tahun. Nikel lalu akan diolah di pabrik ferronikel, pabrik nikel murni, pabrik ferrochrome, pabrik stainless steel, pabrik kapur dan pabrik industri hilir lainnya.
Dedi memperkirakan, industri tersebut dapat menyerap tenaga kerja langsung sedikitnya 20 ribu orang. Dengan luas lahan 2.000 hektare, kawasan yang akan dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) itu diyakini dapat menjadi magnet pertumbuhan baru di Pulau Sulawesi.
"Ini akan menjadi kota baru. Infrastruktur sudah ada, listrik juga sudah tersedia 1.180 mega watt," ucap Dedi.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.