Kehadiran Pabrik Smelter di Konawe, Berdampak Positif Bagi Perekonomian Masyarakat Sultra
Kendari, Kongkrit.com—Asrun Lio selaku Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Sulawesi Tenggara saat berbincang- bincang dengan wartawan Kongkrit.com di ruang kerjanya, Rabu (29/7/2020) mengatakan, semalam kita melihat langsung bapak gubernur provinsi Sulawesi Tenggara, H Ali Mazi menyebut bahwa kehadiran perusahaan smelter di bumi anoa membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, terlebih potensi nikel di bumi anoa sangat besar.
Hal ini disampaikannya saat gubernur Sultra Ali Mazi menjadi salah satu pembicara di acara metro TV yaitu Economic Chalangges bertajuk “Hilirisasi Menggaet Investasi” yang disiarkan langsung Metro TV, pada Selasa malam, dan turut hadir Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, Arifin.
“Sulawesi tenggara memiliki potensi SDA berupa cadangan bahan baku nikel yang diperkirakan sebesar 97,4 miliar ton. Secara ekonomis akan menguntungkan, karena bahan baku yang tersebar di Sultra sangat luar biasa,” ujar Ali Mazi dalam siaran langsungnya.
Ali Mazi mengakui, jika beberapa tahun yang lalu, pertambahan industri pertambangan di Sultra hanya menghasilkan bahan baku industri hulu, kemudian seiring kebijakan pemerintah pusat, mengupayakan terjadinya penambahan nilai ekonomi dari industri pertambangan dengan adanya industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi, inilah industri hilir.
“Pertanyaannya bagaimana keuntungan yang didapatkan Sultra? Tentu saya selaku Gubernur mewakili pemerintah pusat bersama-sama masyarakat mendukung kebijakan pemerintah pusat, karena hadirnya smelter di Sultra, maka sangat berdampak positif tehadap pertumbuhan ekonomi,” cetus Ali Mazi.
Sebagai informasi, pada akhir 2018 PT VDNI perusahaan pabrik smelter pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara telah berkontribusi sebesar 142,2 juta dolar Amerika Serikat terhadap ekspor Indonesia, Kemudian pada tanggal 25 Februari 2019 smelter diresmikan oleh Menteri Perindustrian RI, Erlangga Hartanto dan Gubernur Sultra, Ali Mazi saat itu.
Tahun ini, PT VDNI mendatangkan 500 TKA asal Tiongkok secara bertahap, dengan batas waktu enam bulan bekerja di Indonesia, Namun, apabila melebihi batas ini maka akan di deportasi, Tenaga Kerja Asing (TKA) di datangkan karena memiliki keahlian khusus menginstalasi pabrik smelter.
Selain itu, Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan kerja sektor ini, kehadiran tenaga kerja asing ini diharapkan memberikan tranfers teknologi pada pekerja lokal, apalagi ada 5.000 pekerja lokal yang akan direkrut untuk di pekerjakan di proyek smelter di kabupaten Konawe, nantinya, pabrik smelter ini akan dijadikan pabrik pembuatan baterai.
“Inilah harapan-harapan kami khususnya dari Pemprov Sulawesi Tenggara, potensi nikel di Sultra sangat besar sehingga perlu dimanfaatkan secara optimal, dimana berdasarkan RKAB tahun 2019 sumber daya terukur mencapai 480.240 juta ton dengan cadangan terbukti mencapai 893.267 ton. Nah, nilai tambah yang diperoleh cukup besar, dimana ekspor berupa ore nikel mencapai 19,85 persen lebih sedikit dibanding jika nikel tersebut diolah menjadi vero nikel yang mencapai 79,60 persen dari total nilai ekpsor, kemudian kontribusi kawasan Konawe cukup besar dalam upaya hilirisasi pertambangan,” terangnya.
Menurut Ali Mazi, kehadiran industri pertambangan di Sultra membawa multiplier efeck yang dirasakan oleh masyarakat Sultra, terlebih lagi dalam waktu dekat PT VDNI dan PT OSS berencana mendirikan Politeknik di Konawe.
“Ini sangat luar biasa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat Sultra sehingga ilmu pengetahuan khususnya bidang pertambangan menjadi lebih baik,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri ESDM, Arifin menyebutkan bahwa sampai tahun 2024 ada 48 smelter yang sementara dalam proses pembangunan.
“Cadangan nikel kita itu ada 21 juta ton. Nah, ini bisa bertahan sampai 30 tahun lebih. Kemudian, sekarang ini ada proses hidrometalogi yaitu proses yang bisa memproses nikel-nikel berkadar konsentrasi rendah, waktu belum ada larangan ekspor, sulit untuk melakukan kontrol untuk konsentrasi nikel-nikel yang diekspor. Jadi kedepannya sudah akan dibagi untuk nikel kadar rendah yang akan diproses hidrometalogi. Nanti, kita harapkan kadar tinggi dicampur dengan kadar rendah sehingga bisa menambah kemampuan kita berproduksi,” pungkas menteri ESDM Arifin. (Usman)
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.