Kendati Lamban, Progres Smelter Freeport Masih Sesuai Rencana
Bisnis.com, JAKARTA — Kendati progres pembangunan smelter PT Freeport Indonesia secara kumulatif masih rendah, pemerintah menegaskan bahwa realisasi proyek itu sudah sesuai dengan rencana yang diajukan ke Kementerian ESDM.
Hingga Februari 2019, progres pembangunan smelter Freeport Indonesia sebesar 3,86%.
Angka tersebut sudah melebihi 90% dari rencana pembangunan per 6 bulan yang telah diajukan oleh Freeport Indonesia.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saefulhak mengatakan bahwa target pembangunan smelter Freeport per Februari 2019 sebesar 3,85%.
Dengan begitu, Freeport Indonesia telah memenuhi persyaratan utama untuk bisa mendapatkan rekomendasi ekspor konsentrat tembaga.
“Mereka menargetkan 6 bulan tercapai. Jadi yang 3,86% itu lebih banyak ke persiapan lahan seperti FS [feasibility study/studi kelayakan], studi lingkungan, sewa lahan, dan lain-lain,” ujarnya, Senin (6/5/2019).
Terkait dengan ekspor konsentrat tembaga, kuota yang diperoleh Freeport Indonesia pada Februari 2019 hanya 198.282 ton konsentrat saja.
Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan kuota pada tahun sebelumnya yang mencapai 1,25 juta ton konsentrat. Pasalnya, produksi PTFI diperkirakan akan turun drastis pada tahun ini seiring dengan transisi proses penambangan dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah.
Executive VP & CFO Freeport-McMoRan Inc., salah satu pemegang saham Freeport, Kathleen L. Quirk mengatakan bahwa penurunan produksi tersebut memang sudah diperkirakan sebelumnya.
Namun, pihaknya meyakini produksi untuk jatah ekspor bisa lebih tinggi dari kuota yang diberikan. “Jadi, kami akan mengajukan permohonan untuk pembaruan [kuota ekspor],” katanya.
Dia mengatakan tambahan kuota tersebut memang tidak terlalu signifikan. Namun, pihaknya ingin mendapat kepastian ruang untuk ekspor karena ada kemungkinan produksi dari tambang terbuka bisa lebih tinggi dari proyeksi.
“Saya rasa sekitar 40.000 ton konsentrat. Ini memang tidak signifikan bila dibandingkan dengan kapasitas smelter kami,” tuturnya.
Sementara itu, hitungan progres pembangunan smelter Freeport Indonesia turun seiring dengan adanya perubahan teknologi dan nilai proyek.
Hingga Februari 2019, progres pembangunan smelter PTFI sebesar 3,86%. Padahal, tahun lalu catatannya telah lebih dari 4%.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.