Ketergantungan AS pada Impor Mineral Dipandang sebagai Masalah Keamanan
WASHINGTON — Amerika harus mendorong produksi dalam negeri sejumlah bahan galian tambang penting yang digunakan oleh industri pertahanan dan teknologi, serta menghentikan ketergantungan pada China, Menteri Dalam Negeri Ryan Zinke mengatakan Selasa (19/12).
Zinke memberikan pernyataan di Departemen Dalam Negeri pada saat dia mengungkapkan laporan dari Badan Survei Geologi Amerika (USGS) yang memberikan rincian sampai seberapa jauh Amerika mengandalkan negara-negara pesaingnya untuk pasokan beberapa bahan galian tambang tertentu.
Laporan tersebut mengidentifikasikan 23 dari 88 bahan galian tambang yang menjadi prioritas untuk pertahanan nasional dan ekonomi Amerika karena bahan-bahan ini digunakan sebagai komponen dalam produk-produk mulai dari baterai hingga peralatan militer.
Laporan tersebut memaparkan bahwa Amerika bergantung 100 persen pada impor untuk pasokan 20 komoditas bahan tambang pada 2016, termasuk mangan, niobium, tantalum dan bahan tambah lainnya. Pada 1954, Amerika bergantung sepenuhnya pada pasokan impor untuk 8 komoditas bahan tambang yang bukan bahan bakar.
"Kita punya bahan-bahan galian tambang di sini dan kemungkinan kita punya cukup untuk memenuhi kebutuhan kita dan menjadi pedagang dunia komoditas ini. Tapi kita harus maju dan mengidentifikasi di mana bahan-bahan galian tambang ini," kata Zinke mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers Departemen Dalam Negeri.
Zinke menyalahkan pemerintahan sebelumnya yang mengizinkan pesaing-pesaing Amerika, seperti China untuk mendominasi produksi bahan tambang seperti misalnya tanah jarang yang digunakan untuk pembuatan ponsel pintar, komputer dan peralatan militer.
Dia mengatakan laporan ini kemungkinan akan membentuk pengambilan keputusan kebijakan Departemen Dalam Negeri pada 2018, seiring dengan ambisi lembaga itu untuk meneruskan strategy "Dominasi Energi," memperluas pertambangan dan penggalian sumber daya di lahan-lahan milik pemerintah federal.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.