Komisi VII Pelajari Anjloknya Laba Di Sektor Tambang
RMco.id Rakyat Merdeka - Komisi bidang energi DPR mempertanyakan minimnya profit dari perusahaan pertambangan yang tergabung dalam Mining Industry Indonesia (Mind Id) yang tidak sebanding dengan asset yang dimilikinya.
Performa perusahaan tambang saat ini belum optimal, bahkan menurun di tahun 2019 dibanding sebelumnya.
“Semua perusahaan tambang sepertinya merugi. Dengan aset yang begitu besar, laba bersih yang sangat kecil, memang menjadi pertanyaan besar. Hal ini tentu harus dilihat lebih dalam masalahnya apa?. Apakah karena bayar hutang, bayar bunga, miss management, atau ada guncangan-guncangan baru seperti Jiwasraya. Ini yang harus dijelaskan,” kata Anggota Komisi VII DPR bidang Energi, Rofik Hananto, di Jakarta, Jumat (24/01).
Menurutnya, perusahaan pertambangan yang mengalami kerugian akan dikaji dan teliti lebih jauh. Apa penyebab sesungguhnya. Hal ini penting karena ini amanat UUD 1945. Pasal 33 Ayat 2 di mana “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
“Kita tidak boleh membiarkan kerugian yang begitu besar terus terjadi. Kerugian itu harus dicegah, atau dipakai untuk kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.
Politis PKS ini pun mendorong Mind ID untuk meningkatkan performanya menjadi perusahaan terbaik yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat.
“Potensi kekayaan bumi, air dan alam sangat melimpah. Karenanya, performa perusahaan tambang harus ditingkatkan menjadi BUMN andalan di Indonesia, yang dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dan negara,” tegasnya.
Diketahui, Mind ID adalah holding industri pertambangan yang terdiri dari PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero), dan PT Timah Tbk. Tahun ini, Mind ID selaku holding industri pertambangan Indonesia akan mengeluarkan belanja modal, atau capital expenditure (capex) sebesar Rp24-25 triliun. Modal ini akan digunakan untuk menggarap enam proyek besar.
Pertama, Smelter Grade Alumina Refinery di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat untuk mengolah bauksit menjadi alumina yang akan dikerjakan oleh PT Inalum (Persero) dan PT Antam Tbk.
Kedua, Peningkatan Teknologi Pot Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara yang akan dikerjakan oleh PT Inalum (Persero). Ketiga, PLTU Mulut Tambang di Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang akan dikerjakan oleh PT Bukit Asam Tbk. Keempat Pabrik Ferronickel di Tanjung Buli, Halmahera Timur yang akan dikerjakan oleh PT Antam Tbk.
Kelima, Smelter Tin Ausmelt di Muntok, Bangka Barat yang akan dikerjakan oleh PT Timah Tbk. Smelter ini akan mengolah bijih timah menjadi timah kasar (crude tin). Investasi dari proyek ini mencapai US$ 80 juta dengan kapasitas 40.000 ton crude tin.
Terakhir, Smelter Tembaga PTFI di Gresik, Jawa Timur yang dikerjakan oleh PT Freeport Indonesia. Melalui smelter PTFI konsentrat tembaga akan diolah menjadi katoda tembaga. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 3.000 juta dengan kapasitas 2.000 Ktpa Katoda Tembaga. Estimasi masa konstruksi 33 bulan sehingga ditargetkan operasi tahun 2022. [FIK]
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.