Krakatau Steel Genjot Pasokan ke Proyek Infrastruktur
PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) gencar memasok produknya untuk pembangunan sejumlah proyek, termasuk infrastruktur. Karena itu, perseroan akan meningkatkan kapasitasnya dengan menggandeng beberapa investor.
Krakatau Steel tengah memasok baja untuk pembangunan jalan tol layang Jakarta- Cikampek II sepanjang 37 km. Total baja plate yang dibutuhkan sebanyak 200 ribu ton. Jalan tol layang tersebut menggunakan gelagar baja (steel box girder) yang teknologinya berbeda dengan menggunakan beton.
“Menggunakan metode gelagar baja akan mengurangi jumlah tiang. Dengan begitu, pekerjaan akan lebih cepat selesai,” kata Direktur Utama Krakatau Steel Mas Wigrantoro Roes Setiyadi dalam keterangan tertulis, akhir pekan lalu.
Mas Wigrantoro memaparkan hal tersebut dalam seminar bertajuk Dari Engineer Muda untuk Kejayaan Kemaritiman dan Infrastruktur Indonesia di kampus Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.
Seminar yang digagas oleh jurusan Teknik Mesin UGM itu juga menghadirkan beberapa pembicara, yaitu deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman Republik Indonesia, Direktur Utama PT Industri Kapal Indonesia Edy Widarto, direktur Terafulk Megantara Design, dan Maulana Himawan dari PT Air Liquide Indonesia.
Mas Wig melanjutkan, selain untuk pembangunan jalan, perseroan juga memasok kebutuhan pelat baja untuk pembangunan Light Sea Vessel (LSV) yang dipesan oleh Filipina buatan PT PAL Surabaya. Di sektor ketenagalistrikan, pihkanya juga memasok baja profil siku untuk pembangunan jaringan 46 ribu KMS milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Karena itu, seiring peningkatan kebutuhan baja, Krakatau Steel berencana meningkatkan kapasitasnya. Nantinya, di Cilegon akan tercipta 10 juta ton klaster baja. Saat ini, kawasan industri Krakatau Cilegon, Banten, sudah menghasilkan enam juta ton baja, sehingga perlu tambahan empat juta ton. “Hal inilah yang sedang kita kaji bersama dengan mitra kita,” jelas Mas Wig.
Sebagai informasi, kebutuhan baja domestik terus meningkat. Tahun ini, kebutuhan baja diperkirakan mencapai 13,5 juta ton dan akan meningkat menjadi 14,3 juta ton pada 2018. Mas Wig menegaskan, industry baja merupakan dasar bagi industrialisasi suatu negara. Industri baja bertindak sebagai pendorong perekonomian.
Lebih lanjut dia mengatakan, baja digunakan pada hampir seluruh sektor industri, seperti manufaktur, konstruksi, dan pertahanan. Krakatau Steel sebagai produsen baja nasional terbesar mempunyai andil besar dalam penguatan industri di Tanah Air.
Produk perseroan yang meliputi Hot Rolled Coil, Cold Rolled Coil, serta Wire Rod dibutuhkan pada semua sektor infrastruktur, seperti transportasi, jalan, pengairan dan air minum, minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, serta telekomunikasi dan informatika.
Untuk transportasi, produk baja perseroan digunakan untuk membangun gerbong, halte, body, dan suku cadang otomotif. Sedangkan pada konstruksi jalan dipakai untuk rail guidem rambu-rambu, penerangan jalan, dan jembatan.
Untuk pengairan, jelas pipa baja dibutuhkan untuk distribusi. Tak hanya itu, pipa minyak dan gas bumi, boiler, kilang minyak, tabung LPG, dan lainnya juga menggunakan produk baja Krakatau Steel sebagai bahan baku. Terakhir, produk baja juga diandalkan untuk mendirikan menara BTS untuk kebutuhan telekomunikasi dan informasi.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.