Likuiditas Bukan Penghalang Proyek Vale Indonesia (INCO) Jalan Terus, Termasuk Smelter
Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan logam PT Vale Indonesia Tbk. memastikan risiko keberlangsungan proyek perseroan di tengah pandemi Covid-19 bukan berasal dari keterbatasan likuiditas perseroan.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengaku tengah mengkaji dampak pandemi Covid-19 lebih jauh terhadap daya serapan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini.
Emiten berkode saham INCO itu secara realistis akan mempertimbangkan kesediaan manpower atau sumber daya manusia, material, dan jasa yang dibutuhkan untuk menjalankan proyek-proyek capital.
“Perusahaan memiliki kas internal yang cukup, jadi kendalanya bukan kas. Namun, ketersediaan manpower dan material. Selama dua elemen tersebut masih tersedia, kami akan tetap melanjutkan proyek capital,” ujar Bernardus saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (15/5/2020).
Adapun, berdasarkan laporan keuangan, per 31 Maret 2020 perseroan memiliki kas dan setara kas sebesar US$292,7 juta dan jumlah ekuitas sebesar US$1,9 miliar.
Hingga saat ini, INCO pun mempertahankan alokasi capex yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini. Untuk diketahui, perseroan mengalokasikan capex 2020 lebih rendah daripada capex 2019, yaitu di bawah US$166 juta.
Sebagian besar belanja modal akan digunakan perseroan untuk proyek pembangunan ulang furnace 4 yang direncanakan pada kuartal IV/2020 yang setidaknya membutuhkan dana sekitar US$70 juta.
Selain itu, Bernadus menjelaskan bahwa rencana ekspansi bisnis perseroan juga belum berubah, termasuk proyek smelter di Pomalaa dan Bahodopi yang sampai saat ini masih berlanjut dan menanti keputusan investasi final atau final investment decision (FID). Baca Juga : Surat Utang MIND ID Kelebihan Permintaan 6,4 Kali
Sebagai informasi, INCO berencana untuk membangun smelter nikel di Pomalaa, Sulawesi Tengah dan smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tenggara.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, proyek Bahodopi dan Pomalaa yang konstruksinya masing-masing diharapkan rampung pada 2024 dan 2025 itu setidaknya membutuhkan dana investasi sekitar US$5 miliar.
Proyek itu disebut akan menghasilkan produk olahan nikel kelas satu. Produk tersebut berbeda dengan nickel matte yang biasa diproduksi Vale Indonesia melalui pabrik di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Nickel matte hanya digunakan untuk industri baja anti karat stainless steel. Adapun, nikel kelas satu merupakan bahan baku produk premium seperti baterai listrik untuk electronic vehicle (EV).
“Walaupun proyek itu ada sedikit kendala karena limitasi dalam traveling, kami terus berdiskusi tentang key term sheet untuk memenuhi target FID pada kuartal I/2021,” papar Bernardus.
INCO pun berharap dapat melanjutkan semua rencana bisnis lainnya dengan cepat setelah wabah pandemi Covid-19 selesai.
Di sisi lain, Bernardus mengatakan bahwa tidak terdapat gangguan signifikan terhadap operasional produksi perseroan akibat pandemi Covid-19. Tercermin dari tingkat produksi kuartal I/2020 yang berhasil dibukukan positif.
Pada triwulan pertama 2020, perseroan memproduksi nikel sebanyak 17.614 metrik ton dan menjual 16.713 metrik ton. Adapun harga realisasi rata-ratanya mencapai US$10.428 per ton.
Realisasi produksi itu pun lebih tinggi 34,6 persen daripada produksi kuartal yang sama tahun lalu sebesar 13.080 ton. Sementara itu, pada kuartal I/2019 INCO membukukan penjualan 13.867 ton dan harga rata-rata US$9.117 ton.
PT PLN (Persero) siap memasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN siap memasok kebutuhan listrik Antam sebesar 75 Megawatt (MW) selama 30 tahun ke depan.
PT PLN (Persero) berkomitmen akan menyuplai listrik sebesar 75 megawatt (MW) ke pabrik pengolahan dan pemurnian feronikel atau smelter milik PT Aneka Tambang (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
PT PLN (Persero) akan menjadi pemasok listrik untuk mendukung operasional pabrik pengolahan dan pemurnian atau (smelter) feronikel milik PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang berada di Halmahera Timur, Maluku Utara.